Berita Sumut

Harga Karet Anjlok, Petani Beralih ke Tanaman Sawit

Petani di Sumatera Utara berbondong-bondong mulai meninggalkan komoditas karet dan beralih ke tanaman lain.

HO
Ilustrasi Bahan olah karet (Bokar). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sejumlah petani di Sumatera Utara berbondong-bondong mulai meninggalkan komoditas karet dan beralih ke tanaman lain.

Hal tersebut lantaran harga getah karet yang semakin anjlok dari hari ke hari dan membuat para petani terpuruk.

Baca juga: Ekspor Karet Alam Sumut Anjlok Lagi, Manufaktur China Jadi Pemicunya

Ketua Kelompok Tani Karet Mbuah Page, Sungkunen mengatakan bahwa saat ini jumlah petani karet di Desa Kuta Jurung, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang menurun sebesar 70 persen.

"Kalau dulu 100 persen kampung kami penghasilannya dari komoditas karet, kalau sekarang tinggal 30 persen lagi, itu pun kalau ada ya," ujarnya kepada Tribun Medan, Sabtu (12/8/2023).

Dikatakannya, saat ini para petani karet di Desa Kuta Jurung, Kecamatan STM Hilir sudah banyak yang menebang pohon karetnya dan beralih ke tanaman sawit.

"Sudah beralih semua jadi petani sawit, ya sudah pasti menurun produksi karet, semua petani sudah mengeluh, kalau di daerah kita ini masih banyak sebenarnya pohon karet yang belom ditebang tetapi masalahnya orang petani atau memanennya gak ada," katanya.

Baca juga: Bunga Bangkai Raksasa yang Ditemukan Warga Selangit Sumsel Tumbuh Subur di Kawasan Kebun Karet

Disampaikannya, saat ini harga getah karet di tingkat petani sangat rendah yakni Rp 7 ribu hingga Rp 7.500 per kilogram.

Padahal dulunya harga sawit sangat tinggi sebanding dengan harga beras.

"Harga karet saat ini turun, udah lah harganya murah, turun lagi terus, harga karet ditingkat petani itu Rp 7.500, itu harga maksimalnya, kalau dulu sewajarnya harga karet itu sesuai dengan harga beras, berapa harga beras per kilonya segitu lah harga karet kita ini," ungkapannya

Sungkunen berharap harga karet ditingkat petani membaik sama seperti harga beras saat ini, sehingga para petani mau memanen hasil tanamannya.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah mengungkapkan, penurunan produksi industri karet secara global dan nasional dipengaruhi beberapa faktor

Baca juga: Sembilan Pabrik Karet di Sumut Tutup dalam 7 Tahun, Ternyata Ini Penyebabnya

"Secara nasional produksi karet dipengaruhi oleh harga karet ditingkat petani jauh dari harga pokok produksi, kemudian produktivitas karet rakyat kurang dari 500 kilogram dan di negera tetangga lebih dari 1.3 ton," ungkapnya

Selanjutnya, infeksi jamur pestalotipsis secara signifikan juga menurunkan produksi karet, lalu konsumsi domestik masih rendah dan minimnya dukungan pemerintah pada rakyat kecil.

Saat ini harga karet masih bertahan randah, yakni Harga karet jenis TSR20 di bursa Singapura-SGX pada penutupan 8 Agustus 2023 sebesar 128.4 sen AS per kilogram atau lebih rendah 1.99 sen dibandingkan harga rataan bulan Juli 2023.

(cr10/tribun-medan.com)

 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved