Berita Medan
CERITA Sahidin, Ketua Kloter 13 Jemaah Haji Asal Sumut, Pilu Melihat Lansia saat Berada di Armuzna
Dimana lokasi ini, banyak membutuhkan tenaga fisik untuk menyelesaikan setiap proses ibadahnya.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Menjadi petugas haji adalah suatu tugas mulia bagi Sahidin, ketua kloter 13, jemaah haji asal Sumatera Utara tahun 2023.
Sahidin bercerita, banyak hal yang dilaluinya ketika ditanah suci, namun semua dapat terlewati dengan mudah karena niat yang dibawa adalah untuk melayani para jemaah.
"Saya berterimakasih pada jemaah semua, dalam pelaksanaannya, semua nurut sama aturan kita, kesulitan semua bisa terlalui dengan baik," ujar Sahidin saat ditemui di Asrama Haji Medan, Senin (17/7/2023).
Namun, hal pilu yang dirasakan Sahidin adalah ketika harus melihat para lansia menjalani ibadah di Armuzna, Arafah, Muzdalifah dan Mina.
Dimana lokasi ini, banyak membutuhkan tenaga fisik untuk menyelesaikan setiap proses ibadahnya.
Akan tetapi ketidakmampuan untuk melayani banyaknya lansia yang ada, membuatnya sedikit berputus asa.
"Tapi pesannya untuk tahun depan, yang sudah lanjut usia ini memang harus ada pendamping, terutama saat berada di Mina, Muzdalifah, karna disini yang sangat membutuhkan tenaga secara fisik," ungkapnya.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang ada pada dirinya, ia mengaku bangga sekali, bisa mengurus jemaah yang ada kloter 13 ini, yang terdiri dari Batubara, Sibolga dan Medan.
Dilaporkannya, dalam kloter 13 ini, terdapat dua jemaah haji meninggal dunia, dan tiga diantaranya sedang dirawat karena sakit.
"Moment terberat dalam menjalani pelayanan haji ini, menurut saya semuanya jadi ringan kalau dijalani dengan ikhlas, tapi mungkin secara fisik saat berada di armusna ya, Arafah, Muzdalifah dan Mina. Inilah yang perlu sekali, luar biasa untuk mendampingi jemaah lebih ekstra lagi," ceritanya.
Seperti yang diketahui, ada kejadian yang cukup menegangkan di Muzdalifah, dimana para jemaah terlantar beberapa jam disana, karena keterlambatan penjemputan bus.
Berada di Muzdalifah dengan kondisi cuaca hampir 49 derajat, tak sedikit pula para jemaah yang pingsan saat itu.
"Kejadian saat berada di Muzdalifah bukan hanya khusus kita ya tapi ini kendala yang dihadapi secara internasional. Saat melihat para jemaah sedikit terlantar, karna keterlambatan bus, disitu saya merasa cukup prihatin dengan keadaan disana, melihat para lansia, dan beberapa jemaah jatuh pingsan," tuturnya.
Tetapi begitu pun, ungkap Sahidin para jemaah tetap sabar menghadapi cobaan, itulah ujian yang dihadapi saat di tanah suci.
"InsyaAllah lansia di kloter 13 ini tidak ada yang pikun, tapi cukup diluar dugaan saya ya, kalau secara SOP tidak ada ketua kloter itu merawat jemaah, menceboki, mencuci dan sebagainya, tapi itulah yang terjadi disana," cerita Sahidin.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Sahidin-ketua-kloter-13-saat-tiba-di-Asrama-Haji-Medan-Senin-1772023.jpg)