Polda Sumut

Bulan Bakti Polri Presisi, Kecintaan Kapolda Sumut Pada Raja Sisingamangaraja XII, Bersihkan Monumen

Polda Sumatera Utara menggelar bulan bakti Polri Presisi dalam menyambut Hari Bhayangkara ke 77 tahun dengan membersihkan Monumen Raja SM Raja

Editor: Arjuna Bakkara
TRIBUN MEDAN
Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak Msi bersama Raja Julio Sinambela dan beberapa Keturunan Raja Sisingamangaraja XII sela-sela bakti sosial membersihkan Monumen Raja Sisingamangaraja XII di Jalan Sisingamangaraja, Kecamatan Medan Kota, Senin (19/6/2023) dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara ke 77 tahun. 

Berikut peristiwa penting pada hari-hari terakhir peristiwa Aek Sibulbulon Pea Raja Dairi, Huta Si Onom Hudon.

Putri Lopian dengan setia menyertai perjuangan Raja Sisingamangaraja XII, yang semata-mata dilupakan saat ini.

Ada rentetan pilu pada hari-hari terakhir 17 juni 1907.

Pembersihan Monumen Raja SM Raja
Dipimpin Kapolda, personel Polda Sumut bakti sosial membersihkan Monumen Raja Sisingamangaraja XII di Jalan Sisingamangaraja, Kecamatan Medan Kota, Senin (19/6/2023) dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara ke 77 tahun.

Pada 15 juni 1907, di dalam operasi subuh Kolonialis Belanda, Christoffel menginstruksikan pasukan untuk menangkap keluarga Raja Sisingamangaraja XII yang telah bercerai-berai dan hidup terpisah-pisah di Hutan.

Di dalam operasi subuh ini satu di antara putri Raja Si Singamangaraja XII "Sunting Mariam" tertangkap sendirian dalam keadaan lapar dan haus di hutan belantara.

Beliau disiksa dan ditawan di kamp militer Sidikalang dan kesempatan ini dipergunakan Letnan L. van Vuuren mengumpulkan informasi di mana sebenarnya Raja Sisingamangaraja.

Pasukan belanda membantu operasi pembersihan dengan mengirim tentara ke berbagai arah, antara lain ke Pulau Godang, Boang, arah Barus, Simaho (Si Onom Hudon), Si Husapi dan Pinagar.

Saat itu dengan setia panglima Tengku Ben dari Aceh,Tengku Nyak bantal, Matsawang, Amantumbagas Tinambunan, Boru Pandiangan (namanya samar) dari Samosir Ronggur Nihuta mendukung perjuangan Sisingamangaraja XII dan putaranya Patuan Anggi, Patuan Nagari Raja Sabidan serta putrinya Lopian yang masih berumur belasan tahun.

Pada 16 juni 1907 yang kelam di hutan belantara, dengan menggunakan obor pasukan Belanda terus bergerak menyeberangi sungai, dan serangan gencar dilakukan.

Dan 17 juni 1907, sekitar jam tiga subuh barisan pasukan yang diatur memanjang dalam keadaan lelah dan mengantuk diperintahkan Crihstoffel meneruskan perjalanan.

Kelompok Golongan Siraja Batak Parbaringin Malim Marsada bersama Kapolres Toba AKBP Taufiq Hidayat Thayeb SH SIK dan unsur Forkopimda Toba lainnya upacara peringatan hari gugurnya Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII ke 116 di Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII Balige, Senin (19/06/2023)
Kelompok Golongan Siraja Batak Parbaringin Malim Marsada bersama Kapolres Toba AKBP Taufiq Hidayat Thayeb SH SIK dan unsur Forkopimda Toba lainnya upacara peringatan hari gugurnya Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII ke 116 di Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII Balige, Senin (19/06/2023) (IST)

Para penduduk di desa disiksa, diusut agar memberitahu perjalanan Raja Sisingamangaraja dan rombongan.

Pasukan Belanda yang sudah kelelahan pun beristirahat sejenak.

Kemudian melanjutkan perjalanan ke markas rahasia tempat-tempat persembunyian Raja Singamangaraja sesuai petunjuk penduduk yang disiksa dan diinterogasi.

Ketika sudah mendekati tempat yang dituju, pasukan Belanda berjalan dengan mengendap-endap, merangkak pelan-pelan dan kadang-kadang tiarap saat mulai ada mendengar suara di hutan yang kelam itu.

Kemudian tiba-tiba dalam keheningan hutan rimba, pasukan marsose mendengar suara seperti ranting kayu yang diinjak.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved