Breaking News

Berita Sumut

Peringati Hari Anti Tambang, APUK Bonian Khawatir Dairi Jadi Tumbal Tambang

Aliansi Petani untuk Keadilan (APUK) memperingati Hari Anti Tambang (Hantam) bersama warga yang ada di Desa Bonian, Kecamatan Parongil, Dairi.

|
HO
APUK Bonian gelar diskusi saat memperingati Hari Anti Tambang di Desa Bonian Kabupaten Dairi.   

TRIBUN-MEDAN.com, DAIRI - Aliansi Petani untuk Keadilan (APUK)  memperingati Hari Anti Tambang (Hantam) bersama warga yang ada di Desa Bonian, Kecamatan Parongil, Kabupaten Dairi, Selasa (30/5/2023).

Dalam memperingati hari tersebut, APUK Bonian menggelar diskusi dengan tema 'Oligarki Tambang di Balik Kejahatan Negara Korporasi, Memperparah Kerusakan Ruang Produksi Masyarakat-Perkuat solidaritas Rakyat".

Baca juga: PT DPM, Gruti dan TPL Disebut Merusak Alam, Aktivis Gelar Protes saat F1H2O

Diskusi diawali dengan berbagi pengalaman dari peserta dari desa yang hadir dari berbagai desa yang ada dilingkar tambang.

Dalam diskusi tersebut, panitia mengundang para warga yang menjadi korban dalam kehadiran tambang seperti komunitas Yayasan Srikandi Lestari dari Langkat tepatnya daerah Pangkalan Susu, di mana masyarakat yang menghadapi pembangunan PLTU Batubara.

Selain itu, turut hadir perwakilan warga yang sedang berhadapan langsung dengan Geotermal di daerah Madina (Mandailing Natal).

Mereka semua menjadi korban dari tambang yang diijinkan oleh Negara.

"Menurut mereka negara kini menjadi semakin buta dan tuli menyikapi dampak tambang. Parahnya lagi tidak mau melihat bagaimana penderitaan rakyat akibat dampak tambang yang terjadi di lapangan," ujar Mimi Surbakti, perwakilan Srikandi Lestari

Lebih lanjut, Suheiry dari Madina juga mengatakan bahwa dalam perjuangan mereka dalam melawan pertambangan emas di kampungnya ada juga jatuh korban, di mana ketika melakukan aksi seorang perempuan yang terkena tembak peluruh karet, sehingga harus dilarikan ke Medan untuk berobat.

"Mereka juga pernah dikepung oleh polisi selama tiga hari tiga malam. Namun korban yang terkena peluru karet tersebut akhirnya di kriminalisasi oleh pihak kepolisan dengan menjadikanya sebagai tersangka. Hal inilah kesulitan dan kejamnya perjuangan melawan kehadiran pertambangan," terangnya dalam diskusi kepada peserta.

Di sisi lain, perwakilan dari APUK Bonian, Devi Sianipar mengatakan kehadiran perusahaan tambang khususnya PT Dairi Prima Mineral berdampak kerusakan lingkungan di daratan Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Dairi akan terus berlangsung dengan dibongkarnya secara terus-menerus tanpa mempertimbangkan ancaman terhadap keselamatan ruang hidup warga.

Baca juga: Mantan Sekuriti PT DPM Blokir Jalan Menuju Perusahaan, Menuntut Agar Dipekerjakan Kembali

Menurutnya, kehadiran PT DPM siap membongkar isi perut bumi Dairi yang dinyatakan rawan gempa dan rawan bencana oleh para ahli.

"Apakah Dairi menjadi tumbal tambang berikutnya? Seperti testimoni perwakilan warga diatas yang dapat memakan korban hingga kerusakan lingkungan," tutupnya.

(cr7/tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved