Advertorial

Mempertahankan Karya Sastra Puisi Berbasis Ekologi Kelautan di Pondok Belajar Arnila Kampung Nelayan

Tim dosen Unimed melakukan pendampingan dan pelatihan digitalisasi karya sastra berupa puisi berbasis ekologi di komunitas pondok Belajar Arnila.

TRIBUN MEDAN/HO
Edukasi puisi di Pondok Baca Arnila Belawan, oleh Tim dosen Unimed. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Tim dosen Universitas Negeri Medan yang diketuai oleh Dr. M. Surip, M.Si. melakukan pendampingan dan pelatihan digitalisasi karya sastra berupa puisi berbasis ekologi di komunitas pondok Belajar Arnila, Kampung Nelayan Seberang, Kota Medan.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Medan.

Pengabdian ini turut dihadiri oleh tim dosen yakni Muhammad Anggie J. Daulay, S.S., M.Hum., Dr. Syairal Fahmy Dalimunthe, M.I.Kom. dan didampingi juga oleh Kaprodi Sastra Indonesia Dr. M. Oky Fardian Gafari, S.Sos., M.Hum., serta Kepala Sanggar Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia M. Hafidz Assalam, S.S., M.A.

Dr. M. Surip, M.Si. menyampaikan bahwa sastra di tengah gempuran era disrupsi digital harus tetap dipertahankan.

Lebih jauh beliau berharap agar eksistensi sastra di pondok Belajar Arnila Kampung Nelayan seberang bisa diwujudkan lewat diinisiasinya program pengabdian ini.

"Semoga kedatangan kami di sini dapat membantu adik-adik membuat puisi hingga dapat memaksimalkannya ke dalam suatu buku antologi dan media digital seperti blog. Kami akan memberikan pendampingan secara berkala sampai estimasi waktu yang telah ditentukan yakni empat pertemuan guna memantapkan luaran yang kita targetkan. Semoga dapat pula memberikan manfaat serta dapat mengangkat martabat desa Kampung Nelayan Seberang dalam menekuni bidang sastra dan kebudayaan," ujarnya.

Pondok Belajar Arnila merupakan suatu wadah untuk anak-anak kampung Nelayan Seberang belajar, berdiskusi, bahkan memunculkan ide kreatifnya.

Pondok belajar ini didirikan oleh Arnila Melina,
seorang dokter muda kelahiran 1995 yang berinisiatif mendirikan pondok belajar di
wilayah Belawan dikarenakan masih banyak anak-anak di desa tersebut yang tidak mendapatkan pendidikan yang merata.

Pondok Belajar Arnila berdiri pada tahun 2015, memegang misi awal yakni berfokus pada memberantas buta huruf, menulis, dan berhitung.

Pada awalnya hanya Arnila sajalah yang menjadi tenaga pengajar sekaligus relawan, namun seiring bertambahnya waktu, kini Pondok Belajar Arnila sudah merekrut beberapa relawan untuk
membantunya mengembangkan literasi di Kampung Nelayan Seberang.

Muhammad Anggie J. Daulay, S.S., M.Hum. selaku anggota tim pengabdian yang bertugas menyampaikan materi tentang puisi menuturkan bahwa puisi lebih dari curahan hati.

"Puisi adalah letupan jiwa, lebih jauh bisa kita maknai sebagai gejolak batin dari apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan baik oleh diri sendiri maupun yang diamati dari orang lain," ungkapnya.

Disebutnya apa saja bisa disajikan melalui puisi, baik itu tentang cinta, kesedihan, kemiskinan, kritikan ataupun lingkungan yang ada di sekeliling.

Momentum saat ini bisa dimanfaatkan untuk membuat suatu puisi berbasis ekologi yang merepresentasikan keadaan sekarang di Kampung Nelayan Seberang ini.

"Tapi adik-adik harus paham, bahwa puisi terikat oleh irama, rima, persajakan dalam susunan bait-bait, yang ingin dihasilkan adalah keindahan bahasa dalam puisi itu sendiri, berbeda dengan cerpen dan novel, yang bahasanya lebih bebas dan tidak terikat persajakan," jelasnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved