Breaking News

Berita Viral

TERUNGKAP Hacker yang Jadi Dalang Layanan BSI Down, Berhasil Curi Data-data Nasabah & Ancam Disebar

Walau sudah berangsur pulih, masalah ini sempat membuat nasabah tidak dapat melakukan transaksi di kantor cabang, ATM, bahkan BSI Mobile.

Editor: Liska Rahayu
KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY
Wakil Direktur Utama BSI Bob T Ananta (kiri) dan Direktur Utama BSI Hery Gunardi (kanan) dalam konferensi pers di di Wisma Mandiri Thamrin, Jakarta, Kamis (11/5/2023). BSI menegaskan semua layanan BSI sudah kembali normal per Kamis 115/2023) setelah sejak Senin (8/5/2023) layanan BSI error. 

TRIBUN-MEDAN.com - Sejak tanggal 8 hingga 11 Mei 2023 lalu, seluruh layanan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengalami error.

Walau sudah berangsur pulih, masalah ini sempat membuat nasabah tidak dapat melakukan transaksi di kantor cabang, ATM, bahkan BSI Mobile.

Gangguan layanan tersebut, disebut pihak BSI, awalnya disebutkan karena proses maintenance (perawatan sistem).

Setelah beberapa hari tidak berangsur pulih, Menteri BUMN Erick Thohir mengakui adanya serangan terhadap sistem BSI tetapi tidak dirinci seperti apa serangan yang terjadi.

Sejumlah pihak dan pakar meyakini, serangan siber yang menimpa BSI adalah jenis ransomware.

Ransomware adalah malware yang digunakan hacker untuk mengancam dan meminta uang tebusan dari korban.

Ransomware masuk ke perangkat korban melalui berbagai cara, seperti link palsu e-mail, pesan instan, atau situs web.

Ransomware dapat mengunci komputer dan mengenkripsi file penting yang telah ditentukan sebelumnya dengan kata sandi.

Pada Sabtu (13/5/2023) pagi ini, platform intelijen dan investigasi dark web yang aktif di Twitter, Dark Tracer (@darktracer_int) mengungkapkan bahwa kelompok peretas spesialis ransomware “LockBit 3.0” mengaku telah melakukan serangan ke sistem layanan BSI sehingga membuat adanya gangguan.

“Kelompok ransomware LockBit mengaku bertanggung jawab atas gangguan layanan di Bank Syariah Indonesia (BSI). (Mereka) menyatakan bahwa itu (gangguan) adalah akibat dari serangan mereka,” tulis Dark Tracer.

 

 

Dalam gambar yang diunggah Dark Tracer, hacker mengaku telah mencuri sekitar 1,5 TB (terabyte) data yang ada di dalam sistem bank.

“Manajemen bank tidak punya alasan yang lebih baik selain berbohong kepada nasabah dan mitra perusahaan, yakni melaporkan adanya sejenis “masalah teknis” yang sedang dilakukan oleh bank,” jelas hackers.

Data yang dicuri setidaknya ada lima jenis, yakni 9 basis data yang terdiri dari data 15 juta nasabah dan karyawan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved