Berita Viral

CURHAT Dokter Muda ke Menkes, Ngaku Sering Dibully Senior, Kena Maki Telat Balas WA, Pilih Resign

Seorang dokter curhat ke Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait marak perundungan di dunia kedokteran. 

|
HO
Seorang dokter curhat ke Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait marak perundungan di dunia kedokteran.  

TRIBUN-MEDAN.com - Seorang dokter curhat ke Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait marak perundungan di dunia kedokteran. 

Dokter ini mengaku sering dibully seniornya. 

Bahkan, salah satu mantan dokter residen ini, mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS), yang tak ingin membuka identitasnya mencurahkan unek-unek kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi terbuka pada Minggu (30/4/2023).

Saat itu, Menkes Budi Gunadi menjadi pembicara dalam diskusi yang membahas tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan yang dipandu oleh dokter Alvin Saputra.

Diskusi terbuka ini disiarkan melalui akun Youtube Asclepio Masterclass, platform edukasi kedokteran online bagi para dokter.

Salah satu dokter yang menjadi peserta diskusi tersebut mengaku sebagai dokter umum dari Pulau Jawa.

Ia mengeklaim, dengan berat hati dirinya mengundurkan diri dari PPDS karena tak kuat dengan kultur senioritas di dalamnya.

"Saya ini adalah mantan residen, mantan mahasiswa PPDS calon dokter spesialis, yang per tahun 2023 ini saya terpaksa harus mengundurkan diri dari PPDS, karena saya mengalami kejadian bullying dari PPDS yang cukup parah dan terus-menerus," ungkapnya.

Baca juga: MTQ Ke-XX Tingkat Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2023 Telah Terlaksana dengan Lancar

Baca juga: Istri Virgoun Minta Maaf ke Tenri Anisa Usai Bongkar Bukti Perselingkuhan, Netizen : Lu Gak Salah

Ia mengaku memahami bahwa program studi PPDS yang ia pilih memang memiliki kultur pendidikan yang keras.

"Tapi setelah saya masuk di PPDS ternyata kulturnya itu jauh lebih keras daripada yang saya bayangkan, bahkan menurut saya banyak sekali kultur PPDS yang di luar batas kewajaran," ungkapnya.

Awalnya, ia mengaku dimasukkan ke dalam grup percakapan daring pada hari-H pengumuman penerimaan mahasiswa.

"Belum officially diterima masuk, saya sudah dimasukkan ke grup chat oleh kakak kelas saya," jelasnya.

Di dalam grup percakapan itu, ia mengaku dihina, dimarahi, dan diperintah untuk melakukan aktivitas fisik.

"Sebelum diterima pun sudah sering dihukum hanya karena masalah sepele, seperti telat balas chat, atau typo satu huruf di chat aja sudah bisa jadi alasan kakak kelas untuk menghukum saya," ujarnya.

Ia dan teman-temannya, lanjut dia, didoktrin tentang senioritas yang harus menurut dengan senior, baik residen senior maupun dokter spesialis.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved