Piala Dunia U20

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Tahu Beda Politik vs Olahraga, Gubernur Bali Mencampuradukkannya

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi paham betul bagaimana cara membedakan urusan politik dengan urusan olahraga. Tidak demikian dengan Gubernur Bali

TRIBUN MEDAN/HO
Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi. 

Dikatakan Mantan Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) itu, aturan FIFA sudah mengikat dan harus dipatuhi.

"Makanya saya katakan siapapun harus taat dengan statuta FIFA. Ini harus ditaati sama Indonesia, dari awal-awal tiga minggu yang lalu itu (sudah saya bilang). Tapi ya kenyataan akhirnya menjadi putus seperti ini," ungkapnya.

Edy mengatakan, dia sudah mengetahui hal ini dikarenakan dirinya sempat berada di PSSI.

"Saya tahu karena saya mantan pernah ada di PSSI. PSSI itu di luar negeri namanya presiden federasi di sepak bola Indonesia, football Indonesia," katanya.

Menurutnya, seharusnya semua pihak yang terlibat dalam persepakbolaan Indonesia sudah mengetahui tentang aturan FIFA yang mengikat itu.

"Harusnya semua sudah tahu itu, seperti kita, kita punya Undang Undang Dasar 1945 yang di atasnya adalah Pancasila. Ketuhanan yang Maha Esa, berarti semua orang di Indonesia ini wajib beragama, begitu salah satu kita tak beragama berarti kan menyalahi. Itulah statuta tadi," katanya.

Gubernur Edy: Hantu pun Kalau Punya Tim, Bisa Main

Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi pun sudah menunjukkan sikapnya yang konsisten tak mencampuradukkan olahraga dengan politik.

Ia turut menanggapi keikutsertaan Tim Nasional Israel di Piala Dunia U-20 yang menimbulkan kontroversi di tanah air. Kontroversi ini lantaran Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim yang mendukung kemerdekaan Palestina atas Israel.

Edy Rahmayadi yang merupakan mantan Ketua Umum PSSI mengatakan, masyaeakat harus bisa membedakan antara olahraga dengan politik. Karena, secara politik Pemerintah Indonesia sudah tegas mendukung kemerdekaan Palestina.

"Sebenarnya, olahraga, olahraga. Politik, politik," ucap Edy saat diwawancarai di Kantor Gubernur Sumut, Kota Medan, Kamis (16/3/2023) lalu.

Dengan itu, kata Edy antara olahraga dengan politik tidak bisa disatukan. Ia mengatakan bila hantu memilik tim sepakbola, silakan ikut juga kompetisi bola di dunia ini. "Ini urusan olahraga, siapa pun bila perlu hantu punya tim, main. Kalau dia (tim hantu) mau olahraga," ucap mantan Pangdam I Bukit Barisan itu.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya berbicara atas pendapat pribadi, sebagai yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI.  "Saya tidak wewenang untuk itu, itu pendapat (pribadi) saya. Olahraga olahraga, olah rasa, olah rasa," ujarnya.

Diketahui, Piala Dunia U-20 2023 akan dilaksanakan di Indonesia pada 20 Mei-11 Juni 2023.  Sampai saat ini, sudah ada 20 negara, dari total 24, yang dipastikan tampil di Piala Dunia U-20 2023, yaitu Indonesia, Republik Dominika, Guatemala, Honduras, Amerika Serikat, Fiji, Brazil, Uruguay, Kolombia, Ekuador, Selandia Baru, Inggris, Prancis, Israel, Italia, Slovakia, Gambia, Nigeria, Senegal dan Tunisia.

Keikutsertaan timnas Israel di Piala Dunia U-20 telah menuai pro-kontra. Beberapa pihak di Indonesia mengecam Israel karena konfliknya dengan Palestina.  Kehadiran Israel pun menjadi pembicaraan hangat publik. Sebagian pihak menilai Indonesia tak mendukung Palestina karena mengizinkan Israel tampil di turnamen junior level dunia tersebut.

Sempat berkomitmen mendukung

Penolakan Koster disebut-sebut kontra dengan pernyataannya di depan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali pada Januari 2023.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved