Ramadan 1444 H

DERETAN Kuliner Khas Sumut yang Hanya Ada di Bulan Puasa, Ada Pakat hingga Bubur Pedas

Seperti di Kota Medan, hanya di bulan Ramadan akan ditemui berbagai makanan khas dari berbagai daerah di Sumatera Utara (Sumut).

Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ABDAN SYAKURO
Pedagang makanan tradisional pakat khas suku Mandailing yang dijual didekat persimpangan Jalan Letda Sujono, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Makanan ini termasuk favorit bagi masyarakat selama bulan suci Ramadan. 

Sambungnya, setelah semua bahan dihaluskan, masak beras dengan air. Setelah mendidih masukan bahan yang sudah dipotong dadu tadi.

Lalu setelah lembut, masukan santan kental, kemudian tumis bumbu yang dihaluskan, serai dan lengkuasnya di geprek. Jangan lupa juga masukan rempah-rempah, seperti bunga lawang dan kayu manis secukupnya.

"Tunggu hingga harum. Setelah harum masukan ke dalam beras yang sudah bercampur dengan sayur tersebut. Kemudian jangan lupa garam secukupnya dan udang, tunggu agak mengering baru masukan pakis," ujarnya.

Untuk tahap akhir, jika semua bahan sudah matang.

Tuangkan bubur pedas yang masih panas ke dalam mangkuk. Setelah itu, taburkan bawang goreng serta daun sop yang sudah dipotong-potong diatasnya.

Setelah semua proses dilakukan, makanani ini sudah siap untuk disantap.

Untuk menambah kenikmatannya, makan ketika bubur masih hangat-hangat kuku, tidak dingin.

4. Bika

Bika bakar khas Minang yang terdapat di jalan Amaliun, Kecamatan Medan Kota.
Bika bakar khas Minang yang terdapat di jalan Amaliun, Kecamatan Medan Kota. (TRIBUN MEDAN / ANUGRAH)

Adonan tepung, beras gula dan kelapa yang dibakar membuat kue bika bakar makanan khas Minang laris manis saat bulan ramadan.

Seperti Bika Bakar yang terdapat di jalan Amaliun, Kecamatan Medan Kota, laris manis diburu pembeli setiap hari. 

Sangking larisnya, para pembeli harus rela tidak kebagian jika terlambat memesan.

Ditemui Tribun, Abdul Daud, sang pembuat bika bakar mengaku, dapat menjual 400 sampai 500 bika bakar setiap hari.

"Kalau orang tua sudah puluhan tahun jualan, dan sekarang saya yang lanjutkan. Alhamdulillah peminat semakin banyak," ujarnya.

Cara memasaknya bika Bakar cukup sederhana, dimana adonan dari tepung beras, kelapa, gula, garam yang telah disatukan, kemudian dibakar sekitar 10 sampai 15 menit.

Caranya dengan cara dipanggang di atas tungku yang dibakar dengan arang yang pada bagian atasnya diletakkan sabut kelapa yang dibakar. 

"Ada bika yang dikukus, kalau yang dipanggang dia jauh lebih enak, kering dan gurih," ujar Abdul. 

Untuk satu serabi bakar dihargai Rp. 2 ribu, setiap harinya terlebih saat ramadan, dagangan Abdul pun diburu pelanggan. Hal itu pun membuat pendapat Abdul naik tajam.

"Kalau untuk pendapat memang meningkat saat ramadan ini. Kalau untuk buka, saat ramadan kami buka dari jam 10 pagi sampai jam 5 sore," ujarnya. 

Usaha bika bakar yang digeluti Abdul merupakan warisan dari orang tuanya yang telah berjualan sejak puluhan tahun. Usaha bika bakar seperti itu memang sangat jarang ditemui di Kota Medan. 

"Ini usaha dari orang tua memang yang sudah jualan sejak puluhan tahun lalu," kata dia. 

5. Anyang Pakis

Penjual Anyang Pakis
Penjual Anyang Pakis (TRIBUN MEDAN/ DIAN)

 

Anyang Pakis merupakan makanan khas Melayu yang banyak ditemui ketika bulan Ramadan. 

Lena Asmarani, seorang pedagang aneka kue, gorengan dan mi pecal, menjelaskan mengenai alasannya hanya berjualan anyang pakis saat Ramadan, jawabannya adalah karena penggemar anyang pakis hanya banyak saat Ramadan. 

Lena mengatakan, hingga kini para pelanggan tahunanannya pun masih setia belanja di kedainya. 

Harga anyang pakis Lena dibanderol dengan  hanya Rp 5 ribu per porsi

Lena mengatakan yang khas dari anyang pakis dagangannya adalah adanya tambahan timun dan ikan asin. 

Anyang pakis Lena ini bumbunya disangrai terlebih dahulu, isi bumbunya pun hanya ketumbar dan udang kecepe.

Keduanya disangrai bersamaan dengan kelapa yang tidak terlalu tua, sehingga mumbunya pun menghasilkan rasa manis alami. 

Bumbu yang telah disangrai kemudian di blander hingga halus, setelah itu ditambahkan dengan garam secukupnya.

Perasan air jeruk nipis, kemudian diaduk hingga merata, setelah itu barulah dicampurkan sayur yang telah masak, yaitu pakis, tauge dan kacang panjang, jadilah anyang pakis buatan Lena. 

Lena mengatakan masyarakat suku Melayu Deli biasanya mencampurkan anyang pakis dengan bubur pedas untuk dikonsumsi bersamaan.

Selain itu, anyang pakis juga cocok untuk dijadikan pengganti sayur saat makan berat usai berbuka puasa

“Makan nasi panas, pakai anyang pakis, ditambah timun, ikan asin, mmmm baru mantab,” ujar Lena Asmarani, saat wawancara dengan Tribun Medan.

(Tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved