Derita Nelayan di Sergai
Ratusan Nelayan Tradisional di Sergai Sergai tak Melaut karena Cuaca Buruk
Sejumlah nelayan di Kabupaten Sergai hidupnya merana akibat hasil tangkapan yang kian sedikit
Penulis: Anugrah Nasution |
Ratusan Nelayan Tradisional di Sergai Sergai tak Melaut karena Cuaca Buruk
TRIBUN-MEDAN.COM,SERGAI - Sejumlah nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Sergai kini kian merana.
Sebab, hasil tangkapan nelayan makin minim.
Di sisi lain, harga kebutuhan pokok makin tinggi, sehingga menyulitkan kehidupan para nelayan.
"Sudah dua hari ini saya tidak melaut karena cuaca buruk," kata Syahrul (52), nelayan tradisional di Kecamatan Tanjung Beringin, Rabu (15/2/2023).
Bapak tiga orang anak ini mengatakan, dia sudah lebih dari 30 tahun bekerja sebagai nelayan.
Makin hari, lanjut Syahrul, kondisi hidupnya kian sulit.
"Kami sekarang ini kalau cari tangkapan ikan semakin jauh. Karena ikan semakin sulit didapat. Belum lagi apa apa sekarang naik, beras naik, minyak makan naik. Makin sulit hidup kami nelayan ini," ujarnya.
Sejumlah persoalan itu diperparah ketika nelayan tradisional tidak bisa mengakses BBM bersubsidi.
Syahrul mengatakan, setiap melaut, nelayan harus mengeluarkan biaya lebih besar ketimbang hasil yang mereka dapat.
"Apalagi kami di sini tidak bisa beli BBM subsidi. Jadi kami ini beli BBM eceran yang satu liternya itu Rp 9 ribu. Setiap hari kita butuh BBM mencapai 100 liter, karena jarak tangkap ikan semakin jauh. Karena itu kadang kita lebih sering mengeluarkan biaya lebih besar dibandingkan hasil tangkapan ikan," katanya.
Hal sama juga dikeluhkan oleh Putra.
Katanya, setiap tahun biaya operasi untuk melaut terus meningkat.
Biaya itu termasuk BBM, dan kebutuhan makanan selama berada di laut.
Namun, kata Putra, peningkatan biaya operasional itu tidak sebanding dengan hasil yang mereka dapat.