FBCB Dorong Penguatan Pendidikan Pemilih untuk Partisipasi Perempuan di Pemilu

FBCB berkomitmen untuk memastikan seluruh anggota dan kelompok dampingannya bersatu melawan politik identitas dan patriarki dalam Pemilu 2024.

TRIBUN MEDAN/HO
FOUM Belajar Capacity Building (FBCB) mendorong penguatan pendidikan pemilih untuk partisipasi dan representasi perempuan serta kelompok minoritas di Pemilu 2024. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Forum Belajar Capacity Building (FBCB) yang merupakan forum penguatan kapasitas yang terdiri dari 15 LSM di Pulau Sumatera mendorong penguatan pendidikan pemilih untuk partisipasi dan representasi perempuan serta kelompok minoritas di Pemilu 2024.

Koordinator FBCB, Eva Khovivah dalam keterangan persnya yang diterima Tribun Medan, Rabu (8/2/2023) mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk memastikan seluruh anggota dan kelompok dampingannya bersatu melawan politik identitas dan patriarki dalam Pemilu 2024.

Dikatakannya, pengalaman para anggota FBCB yang bekerja di delapan provinsi untuk penguatan perempuan akar rumput dan memberi layanan untuk perempuan korban kekerasan berbasis identitas gender dan seksualitas, mendampingi pengusaha mikro dan usaha kecil, petani, kelompok minoritas dan marjinal menunjukkan masih minimnya perhatian dan komitmen kepada kepentingan dan kebutuhan mereka.

Posisi sosial perempuan dan kelompok minoritas serta marjinal tersebut masih dianggap lebih rendah dari yang lain, yang terlihat dari minimnya partisipasi mereka secara bermakna dalam proses pengambilan keputusan maupun keterwakilan dalam kepemimpinan.

“Meski UU Pemilu telah mensyaratkan jumlah minimum perempuan 30 persen dalam pencalonan, tetapi faktanya dalam seluruh periode Pemilu sejak 1999, persentase perempuan yang terpilih tidak pernah beranjak dari sekitar 20 persen. FBCB yakin bahwa kesenjangan jumlah perempuan dan laki-laki akan lebih buruk lagi bila masuk ke level pedesaan dan kelurahan,” kata Eva.

Baca juga: RUU TPKS Disahkan, WCC Sinceritas-Pesada akan Terus Terlibat dalam Advokasi

Menurut Eva, budaya patriarki yang meyakini laki-laki yang pantas menjadi pemimpin, ditambah dengan politik identitas yang menggunakan interpretasi ajaran agama dan aturan-aturan adat dari beragam suku untuk mendiskriminasi perempuan, telah membuat akses perempuan ke kepemimpinan semakin terpuruk.

Keterbatasan akses perempuan dan kelompok minoritas serta marjinal terhadap sumberdaya ekonomi, informasi dan terutama teknologi informasi yang sangat didominasi oleh media sosial; telah memperburuk situasi yang dihadapi, terutama menjelang Pemilu maupun Pilkada 2024.

Terkait hal ini, FBCB mendorong semua pihak yang bersedia agar berkontribusi untuk melakukan pendidikan politik bagi perempuan akar rumput agar memastikan diri menjadi wakil rakyat maupun pemimpin dalam Pemilu dan Pilkada 2024, serta menjadi pemilih cerdas yang bebas dari politik uang.

Selain itu, mengkampanyekan dan menyuarakan agenda politik perempuan dan kelompok minoritas, melaksanakan peningkatan kapasitas bagi pemimpin perempuan di akar rumput dan bagi lembaga anggota FBCB, khususnya bagi lembaga yang baru melakukan regenerasi kepemimpinan.

FBCB juga mendorong agar agar gerakan/aktifis tidak terpecah karena pilihan politik dan meminimalisir kerentanan konflik politik identitas antar aktifis dan gerakan.

“FBCB juga mendesak negara untuk memperhatikan kelompok minoritas dan marjinal, khususnya perempuan dan laki-laki pemilih pemula, disabilitas, lansia, keluarga korban KDRT dan kekerasan seksual, korban pernikahan anak dan dini, kelompok pelaku usaha mikro dan kecil, PRT dan pekerja sektor informal, serta petani,” pungkas Eva. (*/cr5/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved