Operasi Bibir Sumbing

Semangat Rahmad Maulizar Ajak Ribuan Anak dengan Bibir Sumbing Bisa Tersenyum

Rahmad Maulizar, relawan Yayasan Smile Train Indonesia yang senantiasa membantu masyarakat, khususnya mereka yang menderita bibir sumbing

HO
OPERASI BIBIR SUMBING – Rahmad Maulizar bersama mobil operasional yang digunakan untuk menjalankan program operasi bibir sumbing gratis. (TRIBUN MEDAN/HO) 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEULABOHRahmad Maulizar (31) belum sempurna betul memarkirkan motor trail di halaman depan rumahnya di Meulaboh, Aceh Barat Daya, ketika telepon seluler (ponsel)nya berdering di hari Senin (26/12/2022). Rahmad baru saja kembali dari Banda Aceh mengurus program operasi bibir sumbing di Rumah Sakit (RS) Malahayati. Sembari memastikan motor trail terparkir sempurna, Rahmad meraih ponselnya.

Di ujung telepon, seorang ibu dengan suara terburu-buru sedang berbicara. Ia mengaku mendapatkan nomor ponsel Rahmad di sebuah stiker yang terpasang di tiang listrik di daerah tempatnya tinggal di Kabupaten Pidie, Aceh. Di stiker tersebut disebutkan informasi tentang operasi bibir sumbing gratis dapat menghubungi nomor ponsel Rahmad untuk dibantu proses operasinya oleh Smile Train Indonesia di Rumah Sakit (RS) Malahayati Banda Aceh.

Si ibu menyampaikan kalau anaknya yang baru lahir mengalami bibir sumbing dan ingin sekali dioperasi. Ia menanyakan beberapa hal terkait penanganan bibir sumbing dan proses mengikuti operasi bibir sumbing melalui Smile Train Indonesia.

Dalam percakapan tersebut, si ibu juga menyampaikan kesedihannya kalau keluarganya mendapat rundungan dari tetangga dan juga keluarga. Si ibu merasa patah semangat dalam menjalani hidup. Ia merasa cemas membayangkan nasib anaknya jika kondisinya masih terus mengalami bibir sumbing.

Rahmad membiarkan si ibu bercerita. Di tengah percakapan, terlihat raut wajah Rahmad menunjukkan kesedihan. Air matanya hampir jatuh, tapi ia berusaha menahannya. Setelah si ibu selesai bercerita, Rahmad pun memberi jawaban. Rahmad membenarkan informasi yang diperoleh si ibu melalui stiker di tiang listrik. Bibir sumbing si anak dapat dioperasi dengan segera asalkan si anak memenuhi syarat kesehatan yang diminta tim medis dan bersedia datang ke RS Malahayati di Banda Aceh.

Selesai dengan informasi prosedur operasi, Rahmad meminta si ibu untuk bersabar dan tetap kuat mengurus anaknya. Ia juga meminta si ibu untuk tidak meladeni rundungan dari tetangga dan keluarga. Sebaliknya, Rahmad meminta si ibu menerima dengan ikhlas apa yang telah diberikan Tuhan dengan tetap mengupayakan pengobatan si anak hingga sembuh.

Jawaban Rahmad membuat si ibu tenang. Uapan terimakasih berkali-kali disampaikan. Hatinya lega dan kecemasannya banyak berkurang. Rahmad pun menjanjikan akan datang ke kediaman si ibu untuk mengurus administrasi dan melakukan pendampingan awal sebelum operasi.

“Saya dapat merasakan kesedihan beliau, karena saya juga sudah mengalami apa yang anaknya rasakan. Tapi saya juga bahagia karena dapat membantu mengurangi kecemasannya,” kata Rahmad kepada Tribun-Medan.com, Senin (26/12/2022).

Musa sumbing
CERIA – Musa (3), anak dengan bibir sumbing yang telah selesai menjalani operasi bibir sumbing dan tumbuh menjadi anak yang ceria. (TRIBUN MEDAN/HO)

Rahmad adalah seorang mantan pasien bibir sumbing yang berdomisili di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh. Pergumulan hidup selama menjadi pasien bibir sumbing menjadi penyemangat baginya untuk membantu anak-anak di Aceh yang mengalami nasib yang sama dengannya. Alumni Universitas Teuku Umar tersebut memutuskan menjadi relawan bibir sumbing Aceh sejak tahun 2008 hingga saat ini.  

Pria kelahiran 1993 ini bercerita, kondisi fisiknya saat belum dioperasi tak hanya membuatnya susah makan, minum, atau berbicara, tetapi menjadi bahan perundungan bagi teman-temannya di sekolah maupun di sekitar rumah.

Ia kerap diejek karena wajahnya jelek dan bicaranya tidak jelas. Rahmad minder, menjadi pendiam, dan lebih suka menyendiri. Hal ini berlangsung hingga usianya 15 tahun pada 2008.  

Kedua orangtua Rahmad memahami kondisi tersebut dan mengupayakan operasi. Beberapa bulan sebelum bencana tsunami di tahun 2004, Rahmad menjalani operasi bibir sumbing melalui program bakti sosial yang dijalankan sebuah lembaga.

Namun, operasi ini tidak berjalan sesuai harapan. Kondisi bibir dan langit-langit mulut Rahmad pascaoperasi belum terlihat normal. Rahmad pasrah dengan kondisinya. Kepergian ibunya, Nurhayati karena menjadi korban bencana tsunami membuat semangat hidupnya semakin berkurang.

Tuhan ternyata menunjukkan jalan baru. Tahun 2008 atau saat duduk di bangku kelas III SMP, Rahmad mendapat informasi dari sebuah koran lokal bahwa Smile Train Indonesia mengadakan operasi bibir sumbing gratis di RS Malahayati, Banda Aceh.

Ditemani ayahnya, Ozer, mereka berangkat ke Banda Aceh menggunakan sepeda motor selama delapan jam. Kondisi jembatan di Meulaboh yang putus karena dampak gempa bumi, mengharuskan mereka naik rakit tiga kali untuk menyeberang sungai.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved