Piala Dunia di Kedai Tok Awang
Kejutan Berhenti, Kembali ke Setelan Pabrik
Belanda versus Amerika, Argentina kontra Australia. Di atas kertas Belanda dan Argentina diunggulkan. Apakah mereka bisa menang mudah? Atau sebaliknya
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Piala Dunia 2022 melahirkan kejutan yang belum pernah terjadi di penyelenggaraan-penyelenggaraan sebelumnya. Lima juara dunia tumbang di tangan tim-tim yang secara level berada di bawah mereka.
Argentina dibikin “menangis” oleh Arab Saudi. Lalu Perancis dipaksa keluar lapangan dengan kepada tertunduk oleh Tunisia. Brasil yang mentang-mentang sudah lolos ke 16 besar menurunkan pemain-pemain cadangan di semua lini, dipermalukan Kamerun.
Paling sensasional tentu saja kekalahan Spanyol dan Jerman. Keduanya dibekap Jepang, tim yang awalnya diperkirakan bakal menjadi juru kunci grup.
Nyatanya justru Jepang yang jadi pemuncak klasemen. Spanyol lolos sebagai runner up dan Jerman masuk kotak.
Daftar ini akan jadi lebih panjang apabila kekalahan juara Eropa Portugal dihitung. Iya, Portugal kalah 1-2 dari Korea Selatan, sekaligus memupus harapan juara dunia dua kali Uruguay melaju ke fase knock out.
Namun kejutan-kejutan ini diperkirakan berhenti sampai di sini. Piala Dunia telah kembali ke trek normal. Kembali ke “setelan pabrik”.
“Dari tim-tim besar yang kalah itu, kan, cumak Jerman yang sial. Cumak mereka yang pulang kampung. Yang lainnya, kan, enggak, tetap lolos,” ujar Lek Tuman.
Menurut Lek Tuman, atmosfer di babak 16 besar tidak lagi sama. Di babak ini, pengalaman dan mental yang lebih banyak bicara. Negara-negara sepak bola besar akan menunjukkan siapa diri mereka yang sesungguhnya.
“Cobak, lah, kita tengok pertandingan-pertandingannya. Brasil akan jumpa Korea, terus Inggris lawan Senegal, Jepang versus Kroasia. Maroko sama siapa? Spanyol! Kemudian Belanda yang cumak lawan Amerika dan Argentina kontra Australia. Di atas kertas, tim-tim kejutan akan tumbang semua,” kata Lek Tuman lagi.
Pak Udo yang duduk membaca koran di sudut kedai seketika menyahut. “Ah, sepak bola bukan permainan di atas kertas, Pak Kep,” sebutnya.
"Sepak bola dimainkan di lapangan dan bolanya bulat, bisa menggelinding ke sana-sini. Bisa out, bisa melayang, bisa masuk ke gawang. Kalok belum pluit panjang belum ada yang bisa dibilang menang."
Kalimat Pak Udo ditimpali Mak Idam. Ia bersama Jek Buntal dan Ane Selwa menonton laga catur yang dimainkan Tok Awang dan Jontra Polta.
“Kecuali di pertandingan catur kayak gini, ya. Kalok Tok Awang main sama Magnus Carlsen, dipoin menteri tambah satu kuda dan satu benteng pun pasti tetap kalah,” ucapnya diikuti tawa berderai.
“Atau main bulu tangkis sama Viktor Exelsen, Mak,” sahut Ane Selwa. “Dikasih menang duluan 15-0 pun ujung-ujungnya tetap kalah juga.”
Tok Awang dan Jontra Polta ikut tertawa. Namun Jon kemudian menampik ucapan Mak Idam dan Ane Selwa.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/pemainbelandakeren1.jpg)