Memilih Damai
Presiden dari Jawa Tak Dijamin Menangi Pilpres 2024, Ini Kata Founder Lingkar Madani Ray Rangkuti
Ray Rangkuti bilang harus ada calon pemimpin luar pulau Jawa yang memang layak bersaing di kancah nasional dalam hal ini Pemilu Presiden.
TRIBUN-MEDAN.com - Pengamat politik sekaligus Founder Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti mengatakan sistem politik atau pemilu di Indonesia adalah sistem terbuka, sehingga tidak ada kecenderungan untuk memenangkan Calon Presiden (Capres) tertentu yang harus berasal dari pulau Jawa.
Menurutnya semua tokoh atau pejabat negara yang ada di Indonesia memiliki kesempatan yang sama, untuk memimpin Indonesia melalui proses demokrasi dalam hal ini pemilu.
"Sistem politik kita terbuka, makanya sekarang ini kita tidak berbicara lagi, soal apa namanya pusat-pusat kepemimpinan berbicara lagi soal penguasaan segelintir orang, karena sistem demokrasi kita itu ya ada orang menyebut terlalu liberal malah dan seterusnya," kata Ray dalam Talkshow Series Memilih Damai - Membaca Suara dari Daerah: Sumatera".
Baca juga: Kepala Rakyat Indonesia Diisi Presiden Wajib Orang Jawa, Prof Qashim: Mustahil bagi Tokoh Luar Jawa
Menurut Ray sejauh mana persaingan ini betul-betul melahirkan kompetisi berkualitas, maka harus ada calon pemimpin luar pulau Jawa yang memang layak bersaing di kancah nasional dalam hal ini Pemilu Presiden.
"Sekarang pertanyaannya misalnya apa namanya pemimpin-pemimpin dari Sumatera ada enggak dari delapan provinsi yang ada, sekarang layak kita dorong, sebagai sebagai calon presiden wakil presiden, yang memiliki prestasi dan diperbincangkan di tingkat nasional kepala daerah dari Aceh hingga Lampung, " ujarnya seperti disadur dari Tribun Sumsel.
Baca juga: Calon Presiden dari Luar Pulau Jawa masih Jadi Tantangan Pemilu 2024, Ini Penjelasan Dr Iqbal Latief
Diterangkan Ray dari beberapa nama yang akan maju dalam Pilpres jika dikatakan betul-betul disebut berasal dari Jawa, geografik dan Etnik hanya Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo.
Sedangkan kandidat lain Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Erick Tohir hingga Puan Maharani bisa disebut bukan betul-betul dari Jawa.
"Jadi kalau 10 nama besar Presiden itu saya kira 70 persennya bukan dalam artian geografi dan etnik orang Jawa, tapi luar Jawa. Kalau ditanyakan ke sistem enggak ada lagi masalahnya nanti itu, justru kalau ditarik lagi ke pemilihan presiden dipilih MPR itu masalah lagi, karena oligarkinya makin kuat dan penguasa di oligarki itu adalah sekelompok orang yang memang memiliki kekuasaan akses selalu kepada partai kekuasaan," ucapnya.
Namun saat Ini dikatakan Ray tidak bisa main- main dalam memajukan Capres, ia mencontohkan jika ketum PDIP Megawati misalkan memaksakan mendorong Puan Maharani tapi nyatanya elektabilitasnya hanya 2-3 persen dan jika didorong hal itu tidak akan laku.
Dijelaskan Ray, dengan pemilihan langsung saat ini membuat semua orang punya kesempatan untuk berkompetisi.
Di pasar pemilu, rekam jejak para calon lah yang dilihat.
Apalagi pemilih saat ini sangat rasional. Memilih calon bukan didasarkan pada uang (money politic).
Si pemilih bisa saja mengambil uang yang disodorkan para calon, tapi soal pilihan, hanya si pemilih yang tahu. Belum tentu si pemilih mencoblos calon yang memberi uang itu.
Sehingga orang itu harus kampanye dengan prestasinya selama ini.
"Kandidat yang ada saat ini menjual prestasi yang telah mereka lakukan saat menjabat, tidak ada calon pemimpin yang tiba-tiba muncul," paparnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Pengamat-sekaligus-Founder-Lingkar-Madani-Indonesia_Ray-Rangkuti_.jpg)