TRIBUN WIKI

SOSOK Prof Robert Sibarani, Dosen USU yang Dinobatkan Sebagai Ilmuan Berpengaruh Dunia

Pria kelahiran Toba Samosir, 12 Februari 1964 ini menjadi guru besar dalam bidang antropolinguistik terhitung mulai 01 Oktober 2001.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Prof. Dr. Robert Sibarani, MS, CIQaR, CIQnR. Guru Besar FIB USU yang dinobatkan sebagai ilmuwan berpengaruh dunia, tahun 2022 oleh Stanford University Ranking.    

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Prof. Dr. Robert Sibarani, MS, CIQaR, CIQnR. baru-baru ini dinobatkan sebagai ilmuwan berpengaruh dunia berdasarkan Stanford University Ranking. 

Pria kelahiran Toba Samosir, 12 Februari 1964 ini menjadi guru besar dalam bidang antropolinguistik terhitung mulai 01 Oktober 2001.

Kiprahnya didunia bidang antropolinguistik tak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai akademisi, dia telah menulis puluhan buku dalam bidang tradisi lisan atau tradisi budaya.

Beberapa buku yang ditulisnya seperti Kearifan Lokal (2012) Pembentukan Karakter (2014), Marsirinpa: Gotong Royong pada Masyarakat Batak Toba (2016) yang ketiga-tiganya telah mendapat HAKI, Filsafat Lokal: Pencarian Kearifan (2022).

Baca juga: Sosok AKBP Bambang Diduga Rutin Terima Suap hingga Mencapai Rp 50 Miliar

Tak hanya buku, telah mempublikasikan puluhan artikel di Jurnal Internasional Bereputasi termasuk yang terindeks Scopus (36 dokumen), Thomson Reuters (1 dokumen), dan Copernicus (39 dokumen) menjadi susunan karya yang membuatnya terpilih sebagai ilmuan berpengaruh. 

Di Scopus, dia telah memiliki H-Index 11 dan di Google Scholar telah memiliki H-Index 20.

Prestasi ilmiah yang dicapai adalah, di bulan Januari tahun 2022 terpilih menjadi World Top 100 Indonesian Scientists and University Social Sciences Scientists oleh AD Scientific Index dan di bulan November tahun 2022 ditetapkan menjadi Ilmuan Paling Berpengaruh Dunia oleh Standford University Ranking dengan tingkat 2 persen dari seluruh ilmuan dunia.

Cerita Prof Robert Sibarani Semasa Kuliah

Datang dari kampung, Prof Robert tau betul kelemahan tamatan sekolah dari kampung dengan yang ada di Kota. 

Karena kelemahan tersebut membuatnya bertekad untuk berjuang lima kali lebih keras dibanding dengan orang lain yang memiliki fasilitas lengkap.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya USU ini menyelesaikan S3 (doktor) di Universitas Padjadjaran Bandung pada tanggal 27 Januari 1994 dan mengikuti post-doktor di Universität Hamburg pada Februari-November 1994. 

Pada bulan Oktober-Desember 2011 dia mengikuti PAR (Program of Academic Recharging) di Universiteit Leiden, Belanda. 

Pada bulan Desember 2013-Maret 2014, dia mengikuti SAME (Scheme for Academic Mobility Exchange (SAME) di University of Naples “L’Orientale” Itali. 

Mengikuti sertifikasi Certified International Qualitative Researcher, Februari 2021 dan Certified International Quantitative Researcher, Juni 2021.

Atas tekad dan kerja kerasnya, tak pernah terbayangkan olehnya dapat menyelesaikan S3 di usia 29 tahun.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved