Piala Dunia di Kedai Tok Awang
Akankah Jerman Pulang Duluan?
Jerman kini limbung di ujung tanduk. Mereka harus segera bangkit. Persoalannya, di laga hidup mati ini,lawan yang mereka hadapi justru Spanyol.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Lek Tuman menyorongkan kuda untuk mengancam ratu hitam, lantas mengibaskan tangannya. "Lha, macam mananya kau. Gerakan itu, ya, politik. Kental kali pun politiknya. Gini, Man, kalok nggak politik mana bisa terstruktur dan masif kayak gini. Bergerak serentak ke seluruh penjuru dunia. Tapi sudahlah, tak usah kita becakap soal politik-politikan. Terserah Jerman dia mau pakek ban kapten warna-warna pelangi itu. Kita yang nggak ikut-ikutan cuma mau tahu, lawan Spanyol bisa bangkit atau telungkup lagi orang tu."
"Spanyol memang sedap kali mainnya, Pak Kep," sambar Mak Idam lagi. "Agak tak sangka juga awak bisa kayak gitu mainnya. Terutama Si Busquets. Dingin dan tenang, macam gak ada kejadian kutengok dia di tengah. Payah kali diambil bola dari kakinya."
Permainan yang ditunjukkan Spanyol versus Kosta Rika, untuk sementara, memang membungkam segenap kritik terhadap Luis Enrique.
Pemain-pemain kesayangannya, terutama sekali Sergio Busquets, Jordi Alba, Gavi, Pedri, dan Rodri, plus Ferran Torres, menampilkan performa memukau. Terutama sekali Busquets dan Rodri yang oleh Enrique justru ditempatkan sebagai pemain 'nomor empat' alias stopper. Pengalihan posisi Rodri diyakini sebagai solusi agar Busquets bisa tetap menempati posisi gelandang bertahan.
Jerman kebalikannya. Menguasai penuh pertandingan, bahkan sempat unggul 1-0 di paruh pertama [2-0 apabila tidak dianulir VAR), Der Panzer --julukan Tim Nasional Jerman-- kecolongan di menit-menit akhir pertandingan. Mereka terlalu menganggap enteng Jepang --satu di antaranya lewat gerakan konyol Rudiger. Saat Jepang mampu keluar dari tekanan kemudian bangkit dan melesakkan gol penyeimbang kedudukan, mereka panik. Alur bola yang sebelumnya rapi berubah berantakan.
"Jerman sama Spanyol ini sebenarnya imbang kali. Pemainnya bintang semua. Mestinya bisa seri ini. Kalok pun ada yang menang, kupikir tipis-tipis aja. Nah, masalahnya, Jerman, kan, baru digas Jepang. Pasti, lah, kenak mental orang tu. Spanyol kebalikannya, sedang percaya diri," kata Jek Buntal setalah beberapa kali menghela napas. Air mukanya menyiratkan kekecewaan.
Jek pendukung Jerman, dan ia ikut terpukul atas kekalahan dari Jepang. Kekecewaan kedua, serangan-serangan tajam Lek Tuman memaksanya menumbangkan raja. Skor 3-2 [dua partai sebelumnya dimenangkan Tok Awang] dan ia harus membayar kopi-kopi pesanan untuk Tok Awang, dirinya dan Lek Tuman.
"Aku sebenarnya mau pegang Jerman, tapi kalok tetap masih sibuk sama one love, one love, bisa jadi bakal berasap lagi orang tu," ucap Mak Idam.
"Eh, by the way, kelen tahu kalok 'one love' ini inspirasinya dari lagu Bob Marley?" kata Leman Dogol menyeletuk, lalu, tanpa diminta, memutarkan lagu itu lewat telepon selularnya.
One love one heart
Let's get together and feel all right
Bob Marley penggemar berat sepak bola dan menjadikan sepak bola sebagai inspirasi dari beberapa lagunya. Lagu One Love sendiri mula-mula direkam ulang oleh UNICEF sebagai bagian dari gerakan kampanye dalam menghadapi pandemi Covid 19. Iya, kalimat 'Lets get together and feel all right' dianggap sebagai "kata-kata sakti" yang mampu mengajak umat manusia untuk bersatu dan bangkit bersama.
"Tujuan awalnya bagus, tapi mungkin Qatar menolak karena dalam gerakan ini ada LGBT-nya," kata Lek Tuman. "Mestinya orang-orang yang marah itu bisa menerima pandangan yang nggak sama. Kalok nggak ya sama aja omdo. Orang lain disuruh menerima perbedaan, orang tu sendiri gak terima kalok ada yang berbeda. Bengak kali, kan."
Mak Idam, Jek Buntal, Leman Dogol berganti melontar pendapat. Lagu terus mengalir. Tak lama, Tok Awang dan Ocik Nensi masuk kedai. Ocik Nensi langsung menyeletuk.
"Makjang, mantap kali lagu kelen ini. Siapa yang nyanyi? Rama Aipama? Pande jugak dia nyanyi bahasa Inggris, ya." (t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/jerman-paok2.jpg)