Piala Dunia di Kedai Tok Awang
Akankah Jerman Pulang Duluan?
Jerman kini limbung di ujung tanduk. Mereka harus segera bangkit. Persoalannya, di laga hidup mati ini,lawan yang mereka hadapi justru Spanyol.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Saat pengundian Piala Dunia 2022 usai dilakukan, Grup E dianggap sebagai "grup neraka". Itu pun tidak dalam kategori yang "jahanam-jahanam betul". Sebabnya, siapa yang lolos dan siapa yang tersingkir sedikit agak mudah ditebak.
Grup ini berisi Jerman, Spanyol, Jepang, dan Kosta Rika. Tebakannya sudah barang tentu Jerman dan Spanyol yang akan lolos. Jepang jadi kuda hitam dan Kosta Rika sekadar bayang-bayang.
Laga pertama grup E telah digelar, dan sejauh ini, perkiraan tadi menunjukkan potensi bakal meleset. Spanyol memang "on track", tapi Jerman, sungguh tidak disangka, ambruk dihantam Jepang. Mereka dibekap 2-1.
Situasi pun berubah. Jerman kini limbung di ujung tanduk. Mereka harus segera bangkit. Harus segera meraih poin maksimal untuk --paling tidak-- memperpanjang napas di Piala Dunia 2022.
Persoalannya adalah, di laga kedua malam nanti, di laga yang jadi hidup mati ini, lawan yang mereka hadapi justru Spanyol. El Matador yang menunjukkan performa impresif tatkala menggululung Kosta Rika tujuh gol tanpa balas.
"Kalok Sampek terjadi malu kali, lah, Jerman ini, ya. Dua kali piala dunia beruntun, dua kali pula harus pulang kampung duluan. Rusak harkat dan martabat orang tu," kata Leman Dogol. Sejak beberapa menit lalu ia menonton [dan mengulangnya berkali-kali] potongan video ketika Antonio Rudiger adu lari mengejar bola dengan pemain Jepang Takuma Asano.
"Banyak kali gaya Si Rudiger ini pulaknya. Pakek lari berjingkrak-jingkrak gitu kayak kuda kepang. Langsung, lah, dikasih karma," sebut Leman Dogol lagi.
Jek Buntal yang sedang memainkan pertandingan catur yang seru melawan Tok Awang, langsung menyeletuk. "Jadi menurut Ketua, ada hubungannya nggak kekalahan Jerman sama aksi tutup mulut itu?" tanyanya.
Bukan Leman yang menjawab, tapi Mak Idam yang menyambar dari ujung kedai. Idam belum lama tiba. Ia memesan segelas dingin lalu duduk serius di hadapan perangkat laptop. Mak Idam hendak mendaftar jadi Panitia Pemilihan Kecamatan untuk Pemilu 2024.
"Ah, yang bengaknya Jerman itu. Orang lain sibuk mikirkan sepak bola, orang tu malah ngotot soal one love, one love entah apa itu," ujarnya.
Piala Dunia Qatar 2022 memang mencuatkan kontroversi perihal 'One Love', gerakan kampanye mendukung pluralisme, humanisme, kesetaraan gender dan segala sesuatu yang berkaitpaut dengan persamaan dalam ruang lingkup Hak Azasi Manusia, tak terkecuali hak-hak bagi kelompok 2SLGBTQIA+ (2Spirit, Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer/Questioning, Interseks, Aseksual dan tidak kurang enam bentuk orientasi seksual lainnya).
Kampanye ini telah masuk ke lapangan-lapangan olahraga di Eropa dan Amerika, tak terkecuali sepak bola, dan dilakukan secara terstruktur dan masif. Di sepak bola, gerakan 'One Love' hadir dalam bentuk bendera [biasanya di titik tendangan sudut] dan ban kapten yang melingkari lengan pemain.
Namun panitia Piala Dunia Qatar menolak kampanye ini masuk ke negara mereka, dan FIFA menyetujuinya. Jerman marah, menganggap Qatar dan FIFA tidak mendukung gerakan HAM. Pun Inggris, Wales, Denmark, dan beberapa negara Eropa lain. Mereka bahkan sampai mengancam bakal keluar dari FIFA usai Piala Dunia.
"Beginilah kalok politik masuk ke olahraga. Nggak asyik lagi jadinya," kata Lek Tuman pula. Ia yang tadinya menonton pertandingan mengambil alih posisi Tok Awang yang pergi menjemput Ocik Nensi ke pasar. Buah putih yang dijalankannya sedikit terdesak setelah mendapat serangan balik.
"Menurut Pak Kep itu politik?" tanya Leman Dogol. "Maksudku bukan murni gerakan HAM?"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/jerman-paok2.jpg)