TRIBUN WIKI

SOSOK Ria Gurning, Perempuan Berdarah Batak yang Bolak-balik Medan-Samosir untuk Perkenalkan Ulos

Perempuan kelahiran Samosir pada tangal 21 Agustus1975 ini sudah memiliki segudang pengalaman soal pengembangan UMKM.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
HO
SOSOK Ria Gurning 

TRIBUN-MEDAN.com, SAMOSIR – Ria Gurning, adalah perempuan berdarah Batak yang memiliki ketertarikan sendiri terhadap ulos dan budaya Batak Toba.

Dari Medan, ia terbilang rajin sambangi para penenun ulos yang ada di Samosir. Selain itu, ia juga kerap gelar kegiatan sosial yang bisa mengembangkan SDM di Samosir.

Perempuan kelahiran Samosir pada tangal 21 Agustus1975 ini sudah memiliki segudang pengalaman soal pengembangan UMKM.

Hal utama yang ia lakukan adalah memotivasi para penenun ulos untuk tetap setiap melestarikan budaya sekaligus membina komunikasi dengan berbagai stakeholder agar pemasaran ulos berjalan lancar.

“Kita datang ke sini sebenarnya untuk memotivasi para penenun ulos, misalnya di Kampung Ulos Hutaraja, Desa Lumban Suhisuhi.

Kehadiran kita di sana karena kecintaan kita sama ulos, budaya Batak. Yang kedua, pemasaran ulos itu kan masih sangat sulit, maka sebenarnya kita butuh bapak angkat untuk ulos ini,” ujar Ria Gurning.

Baca juga: Sosok ART Ferdy Sambo Bertugas Bersihkan Darah Brigadir J Usai Ditembak Mati

Perempuan kelahiran Samosir ini merupakan lulusan Sarjana Pertanian dan juga istri seorang tentara kemudian memilih jalan mengembangkan usaha ulos dengan mendirikan sebuah toko tas berbahan dasar ulos.

“Saya di Pertanian itu bagian management yang kemudian menjadi modal mengembangkan usaha ini. Saya punya produksi yang merupakan bentuk kolaborasi membuat tas yang berbahan ulos,” terangnya.

Dengan bermodalkan kecintaan pada tenun ulos, ia sambangi para ibu penenun ulos, mendengarkan cerita dan akhirnya memutuskan fokus pengembangan ulos tersebut. Hingga saat ini, ia masih ragu dengan pangsa pasar hasil tenun ulos tersebut.

Dengan demikian, ia mencoba membina komunikasi intensif dengan berbagai stakeholder agar tenun ulos dapat bertahan dan berkembang.

“Memang tak ada hal spesifik yang saya lakukan untuk pengembangan ulos di Samosir ini kecuali hanya motivasi. Karena memang, kadang ada uang, ada skill, namun mandek karena tidak ada ide maupun motivasi. Ini yang saya lakukan,” terangnya.

“Saya motivasi ibu-ibu penenun ulos sekaligus saya juga bekerja keras bersama pihak Diskoperindag Samosir mencari bapak angkat sebagai penampung hasil karya mereka. Kan ini hasil tenun, dirajut tangan kaum ibu. Ini yang membuat saya berbuat sesuatu walau tak selalu terlihat,” sambungnya.

Selanjutnya, ia berkisah soal awal terjunnnya ke dunia tenun ulos.

Baca juga: Sosok Mas Danang yang Panen Pujian lantaran Blakblakan Beber Rahasia Resep Angkringan dan Warmindo

“Saya awalnya tinggal di Jakarta karena sang suami tugas di sana. Lalu, pada tahun 2019, kami pindah ke Medan dan sejak itulah saya terjun ke Samosir. Waktu itu, program pertama saya buat adalah Wanita Tangguh, Hebat, dan Mandiri. Dan, saya sering buat seminar-seminar tentang itu,” teangnya.

“Awalnya, saya masuk ke dunia tenun, melihat secara langsung. Saya datang sebagai konsumen. Nah, saat saya datang mereka bercerita soal kesulitan mereka. Dan dari situlah saya berpikir untuk berbuat sesuatu. Inilah awalnya saya terjun ke dunia mereka dan memang saya sangat cinta dengan tenun ulos,” sambungnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved