Opini Online
PEREMPUAN, SENJATA SILUMAN
Menurut sejarah, perempuan ambil bagian dalam pemberontakan bersenjata, revolusi, dan perang.
Tindakan nekat Wafa Idris itu mengejutkan banyak pihak. Ini adalah fenomena sosial yang membuat Israel dan Barat, tak bisa paham. Mereka mengartikan aksi bom bunuh diri perempuan itu sebagai pertanda akan meningkatnya konflik.
Setelah aksi perempuan Palestina, Wafa Idris, Hamas tak mau kalah. Pada 2004, menurut The Guardian 26 Januari 2004, Hamas menugaskan seorang ibu muda menjadi pengebom bunuh diri.
Reem el Riyashi (22), nama ibu muda itu, meledakkan diri di perbatasan Gaza. Aksinya menewaskan dirinya, empat orang Israel. Ia meninggalkan dua anak yang baru berusia tiga tahun dan 18 bulan.
Setelah Reem el Riyashi meledakkan diri, pemimpin spiritual Hamas saat itu, Sheikh Ahmad Yassin, mengatakan Riyashi telah membuka pintu bagi lebih banyak perempuan untuk menjadi pengebom bunuh diri melawan Israel. Ia bahkan mendesak agar makin banyak perempuan menjadi relawan.
Barangkali, di Palestina yang paling kondang adalah Leila Khaled. Dokter lulusan Universitas Amerika di Beirut ini menjadi perempuan pertama Palestina yang membajak pesawat.
Anggota Barisan Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) ini, pada 29 Agustus 1969 membajak pesawat Boeing 737 milik Trans World Airlines yang tengah terbang dari Roma menuju Athena.
Lalu, 6 September 1970, ia membajak pesawat milik Israel, El Al Nahas yang terbang dari Amsterdam ke New York. Kisahnya difilmkan oleh sutradara asal Swedia, Lina Makboul, dengan judul Leila Khaled the Hijacker (2005).
Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme juga terjadi di Peru (bergabung dengan Sendero Luminoso atau Shining Path yakni kelompok gerilyawan komunis yang mengikuti ideologi Marxisme- Leninisme-Maoisme didirikan tahun 1970), di Irlandia Utara, di Turki (tergabung dengan Partai Pekerja Kurdistan), di Filipina (dalam kelompok Abu Sayyaf), dan di Columbia (Pasukan Bersenjata Revolusioner Columbia/FARC).
Di Chechnya muncul kelompok yang disebut Black Widows. KataTony Halpin, dalam tulisannya di Times, sebutan Black Widows diambil dari pakaian yang mereka gunakan, gaun panjang warna hitam yang menutup seluruh tubuh.
Biasanya di balik pakaian hitam itu diikatkan bahan peledak dan pecahan peluru meriam. Sasaran aksi mereka adalah orang-orang Rusia.
Namun, tidak semua yang disebut "Janda-janda Hitam" adalah mereka yang kehilangan suami, ada pula yang kehilangan saudara lelaki atau keluarga dekat. Salah satu aksi mereka adalah menyerang teater Moscow Dubrovka (2002) dan penyanderaan 700 orang yang tengah menonton pertunjukan di teater itu. Sebanyak 19 dari 41 penyandera adalah "Janda-janda Hitam" ini.
Senjata siluman
Sejarah kelompok-kelompok ini adalah bukti bahwa perempuan telah menjadi peserta aktif dalam banyak gelombang terorisme di seluruh dunia. Mereka ada yang bertindak sendiri, lone wolf, ada pula yang menjadi bagian dari organisasi atau kelompok teroris.
Sejak itu, perempuan menjadi senjata siluman yang ideal bagi kelompok teroris. Mereka cenderung tidak dicurigai atau digeledah oleh petugas keamanan.
Di Irak dan di Afganistan, misalnya, mereka digunakan untuk menyerang jantung pasukan koalisi pimpinan AS.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ilustrasi-terorisme-tribun_20170715_105137.jpg)