TRIBUNWIKI

SOSOK Mukhlis Basyah, Politikus Asal Aceh, Tokoh Pejuang GAM yang Jadi Bupati

Mukhlis Basyah lahir pada 18 Mei 1971 di Lam Ara Tunong, Kuta Malaka, Aceh Besar tepatnya di sebuah kampung di kaki bukit barisan, Samahani.

Penulis: Istiqomah Kaloko | Editor: Ayu Prasandi
HO
Mukhlis Basyah, Bupati Aceh Besar periode 2012 - 2017 

TRIBUN-MEDAN.COM - Mukhlis Basyah merupakan seorang tokoh pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Mukhlis Basyah pernah menjabat sebagai Bupati Aceh Besar periode 2012—2017.

Mukhlis Basyah lahir pada 18 Mei 1971 di Lam Ara Tunong, Kuta Malaka, Aceh Besar tepatnya di sebuah kampung di kaki bukit barisan, Samahani.

Masa kecil Mukhlis Basyah dihabiskan di Samahani. Ia menyelesaikan Sekolah Dasarnya di SD Samahani pada tahun 1984.

Setelah itu ia melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di tempat yang sama yakni SMP Samahani.

Lulus pada tahun 1987, Mukhlis Basyah melanjutkan SMA ke Banda Aceh dan bersekolah di SMA Mugayatsyah.

Baca juga: SOSOK Freddy Simanjuntak Kepala Kejaksaan Negeri Serang Jelaskan Alasan Penahanan Nikita Mirzani

Sejak kecil, Mukhlis Basyah bersama saudaranya berjualan di kedai kopi yang saat ini terkenal dengan roti selai Samahani, Dua Saudara.

Kedai itu terletak di pinggir jalan Banda Aceh Medan, tepatnya di Pasar Samahani.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMAnya, pada tahun 1991, Mukhlis Basyah merantau ke Jakarta. Sebagai seorang pemuda kampung pada waktu, merantau adalah sebuah tantangan hidup.

Kemudian pada tahun 1992, Mukhlis berangkat ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, lantaran ia  berencana hendak menyeberang ke Malaysia.

Beberapa bulan di sana dia berhasil menyeberang ke Malaysia dengan ilegal.

Selama berada di Malaysia, Mukhlis memperdalam ideologi Aceh Merdeka-nya Bersama rekan-rekannya sesama warga Aceh.

Ketika itu juga mereka bekerja memasok senjata ke Aceh melalui jalur laut. Mukhlis terlibat dalam kerja spionase, mencari uang, dan mengatur penyaluran senjata.

Pada tahun 1996, Mukhlis Basyah bersama rekan-rekannya itu ditangkap dan dipulangkan ke Aceh melalui jalur Tanjung Pinang lantaran mereka dianggap sebagai pendatang haram.

Belum genap setahun di Aceh, Mukhlis kemudian kembali merantau ke Jakarta. Tak bertahan lama disana, ia akhirnya pulang ke Aceh dimana saat itu perang terbuka antara TNI dengan pasukan GAM semakin sering terjadi.

Bahkan saat pernikahan Mukhlis, acara tersebut dijaga ketat oleh rekan-rekan GAMnya dilengkapi dengan senjata.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved