Berita Sumut
Tengkorak Manusia di Aliran Sungai Situmandi Bikin Geger, Ternyata Tengkorak Leluhur Warga Sekitar
Keempat tengkorak tersebut ditemukan di dalam peti mati yang terbuat dari pohon enau yang sudah kelihatan usang oleh salah seorang warga
Penulis: Maurits Pardosi |
TRIBUN-MEDAN.com, TAPANULI UTARA - Kepala Kepolisian Resort Tapanuli Utara AKBP Johanson Sianturi menjelaskan, ada 4 tengkorak manusia ditemukan warga di sungai Aek Situmandi, Desa Siraja Hutagalung, Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara pada Selasa (27/9/2022).
Keempat tengkorak tersebut ditemukan di dalam peti mati yang terbuat dari pohon enau yang sudah kelihatan usang oleh salah seorang warga yaitu Edu Tarihoran (69), warga Desa Siraja Hutagalung, Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Taput.
Diceritakan, dirinya menemukan tengkorak tersebut saat masuk ke sungai untuk mencari besi-besi bekas untuk diperjualbelikan.
Menurutnya, di daratan kering di pinggir sungai, dia melihat ada batang pohon enau yang sudah membusuk muncul ke atas dan ia penasaran mengetahui hal tersebut.
Setelah mendekat lalu penasaran untuk membuka batang pohon tersebut dan setelah terbuka lalu melihat tengkorak manusia di dalam.
Selanjutnya dirinya pulang dan menceritakan hal tersebut kepada tetangganya.
Namun, karena hari sudah sore menjelang malam, warga sekitar memutuskan untuk melihat onggok tulang belulang tersebut pada keesokan harinya dengan didampingi petugas kepolisian.
Pada Rabu (28/9/2022) pagi, warga sekitar didampingi petugas kepolisian dari Polres Taput dan Polsek Sipoholon turun ke pinggir sungai untuk melihat hal tersebut.
Setelah peti mati yang terbuat dari batang pohon enau tersebut dibuka kelihatan di dalamnya ada tengkorak manusia yang dinilai telah berusia lebih dari 200 tahun dan diduga kuat merupakan leluhur marga Hutagalung.
Terkait temuan tersebut, Kepala Desa Diraja Hutagalung Japatar Hutagalung kepada polisi menyampaikan, tengkorak tersebut diyakini tengkorak dari keluhur mereka keturunan dari marga Hutagalung yang dikebumikan sekitar 200 tahun yang lalu.
Alasanya, dulunya sungai tersebut tidak selebar yang saat ini.
"Jadi pinggiran sungai ini dulunya tempat bercocok tanam warga desa kami, serta sebahagian membuat menjadi lokasi penguburan nenek-moyang kami," ujar Jabatan Hutagalung, Rabu (28/9/2022).
"Akibat perobahan ekosistim, debit air semakin besar dan pinggiran sungai pun terkikis sehingga lahan bercocok tanam dan pekuburan pun jadi aliran sungai," samhungnya.
Ia meyakini, tengkorak itu bukanlah tengkorak yang ada hubungannya dengan tindak pidana.
"Oleh karena itu, kami masyarakat dan pengetua desa Siraja Hutagalung, meminta agar pihak kepolisian menunggu upaya penelusuran atas asal usul kerangka tengkorak tersebut yang nantinya akan dimakamkan secara layak di tempat pemakaman umum melalui prosesi adat," ungkapnya.
Selanjutnya, pihak kepolisian mengapresiasi antusias warga sekitar.
"Atas permintaan kepala desa dan masyarakat, Polres Taput memberikan apresiasi atas keperdulian dan antusias warga akan rencana pemindahan tengkorak tersebut ke penguburan umum dengan melakukan penelusuran sejarah serta melakanakan upacara adat," pungkas AKBP Johanson Sianturi.
(cr3/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Penemuan-4-tengkorak-di-Kabupaten-Tapanuli-Utara-sa.jpg)