Brigadir J Ditembak Mati

TERUNGKAP 78 Adegan Dalam Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J yang Digelar Saat Ini

Adapun adegan kajadian tersebut di rumah Magelang 16 adegan. 35 adegang di rumah Saguling, dan 27 adegan di rumah dinas Duren Tiga.

Editor: AbdiTumanggor
Kolase, Tribunnews.com/Facebook
Kelima tersangka kasus pembunuhan Brigadir J 

TRIBUN-MEDAN.COM - Terungkap sebanyak 78 adegan dalam rekonstruksi pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat akan berlangsung hari ini, Selasa (30/8/2022).

Di dua tempat di rumah pribadi di Jalan Saguling dan di rumah dinas di Duren Tiga tampak dijaga ketat puluhan pasukan brimob dengan kendaraan taktis dan senjata lengkap.

Kadiv Humas Irjen Dedi mengatakan, ada sebanyak 78 adegan yang akan direknstruksikan di dua lokasi.

Adapun adegan kajadian tersebut di rumah Magelang 16 adegan. 35 adegang di rumah Saguling, dan 27 adegan di rumah dinas Duren Tiga.

Adapun keempat tersangka (Ferdy Sambo, Bripka RR, Kuat Maruf dan Bharada E) disebut Irjen Dedi akan menggunakan baju tahanan Bareskrim Polri.

Sebelumnya, Kuasa hukum mendiang Brigadir J, Martin Lukas Simanjuntak, meminta agar Ferdy Sambo diborgol selama proses rekonstruksi.

Tidak hanya Ferdy Sambo, Martin juga meminta agar tersangka yang lain juga turut diborgol.

Pasalnya, dia khawatir dengan posisi Bharada E atau Richard Eliezer pangkat terendah berhadapan dengan mantan atasannya yang akan membongkar kebohongan Ferdy Sambo. 

Ferdy Sambo dikenal sebagai sosok yang emosional. Tak ayal, para ajudan takut kepada jenderal bintang dua tersebut.

"Kami dukung Bharada RE, nanti mungkin tersangka yang lain wajib diborgol saja menurut saya,” ujar Martin Lukas Simanjuntak, melansir Tribunnews.com.

“Supaya ada perasaan aman bagi RE untuk tidak adanya serangan yang bersifat spontan," imbuh Martin.

Bukan lewat serangan fisik, Martin khawatir Bharada E akan diserang Ferdy Sambo dan kawanannya melalui gestur hingga tatapan mata.

Karenanya, Martin meminta kepada kuasa hukum Bharada E, Ronny Talapessy, agar senantiasa menjaga kliennya.

"Namun saya lihat, yang paling krusial bukan serangan fisik, tapi serangan psikologi, yaitu tatapan mata, gestur, ini harus diantisipasi,” ucapnya.

“Ketika terjadi kontak mata atau gestur langsung diarahkan ke tempat lain saja,” imbuhnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved