Breaking News

Berita Sumut

Cerita Edy Rahmayadi Saat Bertemu Para Menteri dan Ketua Partai, Sering Disebut Gubernur Galak

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi pun menceritakan pengalamannya yang sering dibilang 'galak' oleh para menteri dan ketua partai.

TRIBUN MEDAN/RECHTIN RITONGA
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat ditemui di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Jendral Sudirman Nomor 41 Medan, Senin (28/2/2022). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi baru-baru ini melakukan perjalanan dinas ke Jakarta.

Selama di Ibu Kota Indonesia itu, Gubernur Edy Rahmayadi bertemu beberapa menteri dan sejumlah ketua partai.

Edy Rahmayadi pun menceritakan pengalamannya yang sering dibilang 'galak' oleh para pejabat pusat tersebut.

Baca juga: Gubernur Edy Rahmayadi Minta Bantuan Menteri PUPR, Bahas Pembangunan Sport Center di Sumut

"Kemarin saya berkumpul, saya ketemu sama ketua partai, saya ketemu sama Surya Paloh, saya ketemu sama Pak Menteri, Ibu Menteri, begitu ketemu saya salam, yang pertama diucapkan beliau-beliau itu termasuk Pak Wapres.

Yang mereka utarakan hampir sama, mereka bilang inilah (saya) gubernur yang paling galak," kata Edy saat memberikan kata sambutan dalam peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H di Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Sudirman Medan, Jumat (5/8/2022). 

Edy pun menyinggung keberadaan dirinya sebagai gubernur yang selalu disoroti.

Pdahah menurutnya, dirinya sama sekali tidak bersikap galak seperti yang disebutkan para pejabat tersebut. 

"Padahal saya enggak pernah galak, kalau enggak percaya tanya Pak Lathief Khan ini, tak pernah galak. Lebih galak beliau daripada saya, saya tahu waktu beliau pernah khotbah Jumat di Masjid Agung tapi tak pernah ada yang bilang Lathief Khan itu galak," ucapnya. 

Namun, Edy mengaku dirinya menerima penilaian tersebut.

Ia mencontohkan kejadian yang dialami Rasulullah Muhammad SAW saat ingin merubah peradaban. 

Baca juga: Demi Turunkan Angka Stunting, Gubernur Edy Minta Dana Anggaran Khusus Rp 33 Miliar ke Kemenkes

"Tapi tak apa-apa. InsyaAllah inilah makna hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Menjadikan beliau sengsara karena ingin merubah peradaban, coba kalau beliau tak merubah, ikut orang dzolim, aman beliau, tapi karena beliau ingin merubah," ucapnya. 

Menurut Edy, hal tersebut merupakan risiko yang harus ia terima dalam menjalankan tugas sebagai kepala daerah. 

"Tapi bukan saya membawakan diri seolah-olah Rasulullah ingin merubah, besok ramai lagi itu di media. Bukan juga itu tapi saya diajarkan, saya mengaji, ya untuk ini. Dan sekarang saya diamanahkan menjadi umarah. Dan insyaallah saya akan lakukan," katanya. 

Mantan Pangkostrad itupun meminta maaf jika banyak yang menilai dirinya galak.

Ia mengaku tak bermaksud bersikap seperti yang kebanyakan dilihat orang. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved