Harga Sawit

Harga Sawit di Sergai Rp 1.100 Per Kilogram, Dianggap Masih Rendah, Petani Tak Bisa Beli Pupuk

Harga tanda buah segar (TBS) yang masih rendah membuat petani sawit menjerit.

Penulis: Anugrah Nasution | Editor: Tommy Simatupang
TRIBUN MEDAN / ANUGRAH NASUTION
Hasil perkebunan sawit dari warga di Kota Tebingtinggi usai ditimbang untuk kemudian dibawak ke TPS, Jumat (22/7/2022) 

TRIBUN-MEDAN.com, SERGAI - Harga tanda buah segar (TBS) yang masih rendah membuat petani sawit menjerit.

Sampai hari harga TBS dari petani berkisar Rp 1.100 per kilogram.

Angka itu meningkatkan dibanding hari sebelumnya hanya Rp 720 per kilogram.

Rendahnya harga sawit pun turut di keluhkan petani  Serdangbedagai. Terlebih keadaan saat ini para petani sawit tidak mendapatkan alokasi pupuk subsidi. 

Tamaraden Damanik, petani Desa Nagaraja, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Sergai menyebutkan, tingginya harga pupuk yang bersamaan dengan meningkatnya harga pupuk telah membuatnya kesulitan. 

"Kalau sekarang ini sudah naik memang, tapi masih rendah juga (harga) sawit ini. Kalau sebelumnya itu harga Rp 750 per kilogram. Tapi yang saya pertanyaannya kenapa sudah harga anjlok tapi pupuk pun mahal. Apa engak hancur kami yang petani sawit ini," kata Raden, Jumat (22/7/2022) . 

Kata Tama, keadaan seperti itu kerap terjadi dan membuat kehidupan petani semakin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. 

Saat harga sawit anjlok, para petani lebih memprioritaskan pendapat panen sawit untuk memenuhi kebutuhan hidup ketimbang harus melakukan pemugaran kebun sawit miliknya.  

Akibat kurangnya pemupukan, jumlah produksi sawit pun menurun.

Tak jarang pohon sawit pun rusak dan berbuah kecil. 

"Sekarang sawit anjlok, tapi anak pas mau masuk sekolah, pasti kita prioritas buat kebutuhan sehari-hari. Dari mana mau belik pupuk, harganya pun mahal sekarang ini. Bisa sampai 800 ribu," sebut dia. 

Oleh karena itu, Maraden meminta agar pemerintah hadir bagi petani. Selain menjamin harga, petani  sangat perlu ketersediaan pupuk yang dengan harga terjangkau. 

"Kita harapkan ya pemerintah melihat bagaimana kehidupan petani. Menjelaskan kepada petani kenapa pupuk bisa langka padahal kan Kabupaten Sergai salah satu sentral pertanian dan perkebunan," kata dia. 

"Kalau saya harap kalau harga jangan sampai anjlok dan pupuk pun langka dan harganya mahal. 

Kabupaten Sergai sendiri adalah Kabupaten penyuplai hasil padi dan sawit di Sumatera Utara. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved