Rusia vs Ukraina

Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri, Nasib Putin Bisa Lebih Sadis dari Gaddafi dan Saddam Hussein

Rusia tidak pernah gagal membayar utang internasionalnya sejak Revolusi Bolshevik lebih dari satu abad yang lalu, ketika Kekaisaran Rusia runtuh

Editor: AbdiTumanggor
The Times
Kondisi Kesehatan Vladimir Putin 

Meski Perang Rusia-Ukraina memiliki konsekuensi yang menghancurkan dalam hal penderitaan manusia dan harga pangan dan energi yang lebih tinggi di seluruh dunia, default pada obligasi pemerintah "jelas tidak relevan secara sistemik," menurut Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva.

Apa yang bisa dilakukan investor?

Dalam keadaan normal, investor dan pemerintah yang mengalami default biasanya menegosiasikan penyelesaian. Pemegang obligasi bisa diberikan obligasi baru yang bernilai kurang, tapi setidaknya mereka harus mendapat beberapa kompensasi parsial.

Tetapi sanksi Rusia atas invasi ke Ukraina melarang sejumlah pihak berurusan dengan kementerian keuangan Rusia. Dan tidak ada yang tahu kapan perang akan berakhir atau berapa banyak obligasi gagal bayar pada akhirnya akan tetap bernilai. Dalam hal ini, menyatakan wanprestasi dan menggugat “mungkin bukan pilihan yang paling bijaksana,” kata menurut Jay S. Auslander, pengacara utang negara terkemuka di firma Wilk Auslander di New York.

Saat ini menurutnya tidak mungkin untuk bernegosiasi dengan Rusia dan ada begitu banyak hal yang tidak diketahui, sehingga kreditur dapat memutuskan untuk "bertahan untuk saat ini."

Investor besar yang ingin keluar dari utang Rusia mungkin sudah mulai menarik diri. Tapi mereka yang mungkin telah membeli obligasi saat harga jatuh, mungkin hanya berharap mendapat untung dari penyelesaian dalam jangka panjang. Dan mereka mungkin ingin tidak menonjolkan diri untuk sementara waktu agar tidak dikaitkan dengan perang Rusia-Ukraina.

Begitu suatu negara gagal bayar, negara itu dapat terputus dari pinjaman pasar obligasi sampai default diselesaikan, dan investor mendapatkan kembali kepercayaan pada kemampuan dan kemauan pemerintah untuk membayar. Tetapi, Rusia telah terputus dari pasar modal Barat, jadi pengembalian pinjaman apa pun masih jauh dari perbaikan kondisi. Kremlin sementara itu masih dapat meminjam rubel di dalam negeri, di mana sebagian besar bergantung pada bank-bank Rusia untuk membeli obligasinya.

Rencana Penggulingan Vladimir Putin, Bisa Bernasib Sama dengan Muammar Gaddafi dan Saddam Hussein

Di tengah gagal bayar utang luar negari akibat perang di Ukraina yang sudah berlangsung selama 4 bulan telah memicu spekulasi baru tentang posisi Vladimir Putin.

Teori bermunculan bahwa orang terkuat di Rusia ini bisa digulingkan terkait perang Rusia dan Ukraina. Ini karena Rusia dilaporkan menderita kerugian besar di medan perang dan itu tidak menyenangkan bagi Kremlin.

Banyaknya perbedaan pendapat antara Vladimir Putin dengan anak buahnya telah membuat spekualsi bahwa dia dapat menghadapi kudeta atau bahkan dibunuh oleh orang-orang yang dekat dengannya.

Misalnya menurut perkiraan mengejutkan dari Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina di mana Presiden Rusia yang sudah menjabat selama 10 tahun itu bisa diracuni oleh para elit negara itu.

Lalu akan mengangkat direktur FSB Oleksandr Bortnikov sebagai penggantinya. Atau kata mantan kepala stasiun CIA Moskow Daniel Hoffman, bahwa Putin juga diperkirakan akan dibunuh.

Tapi ada juga seorang ahli yang berpendapat bahwa Putin dapat menemui akhir yang lebih mengerikan seperti Muammar Gaddafi dan Saddam Hussein. Di mana kedua diktator itu dibunuh secara brutal.

Ahli saraf terkemuka Profesor Ian Robertson, direktur pendiri Trinity College Institute of Neuroscience, mengatakan hari-hari terakhir pemimpin Rusia tidak mungkin tanpa rasa sakit.  Bahkan ia telah menasihati para pemimpin dunia berturut-turut tentang pola pikir Putin. "Ada kesuraman dan kegelapan yang mengerikan di luar sana yang menunggunya," ungkap Profesor Robertson seperti dilansir dari express.co.uk pada Rabu (29/6/2022).

Pakar tersebut merujuk pada mantan Presiden Irak Saddam Hussein, yang dijatuhi hukuman mati dengan digantung pada tahun 2006 dan diejek oleh algojonya saat dia dikirim ke tiang gantungan.

Kematian brutalnya terjadi setelah dia dihukum karena kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Pengadilan Khusus Irak untuk pembantaian Dujail. Sementara itu, Muammar Gaddafi, yang mengangkat dirinya sebagai pemimpin de facto Libya dalam kudeta militer, tewas pada 2011.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved