Sosok Letnan Jenderal Jamin Ginting
SOSOK Letnan Jenderal Jamin Ginting, Pahlawan Kemerdekaan Asal Karo yang Berjuang Demi Rakyat
Letjen Jamin Ginting adalah pahlawan kemerdekaan asal Tanahkaro yang cukup dikenal masyarakat luas dan namanya diabadikan sebagai jalan
Penulis: Angel aginta sembiring | Editor: Array A Argus
Mengawali karir sebagai tentara, Djamin pertama masuk lebih dulu ke dalam Pembela Tanah Air atau (PETA). Dia juga pernah menjadi salah seorang tokoh militer di zamannya yang ikut mendirikan terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat.
Selaku komandan di medan perang, dia memiliki semangat dan pola pikir yang harus ditanamkan kepada pasukannya agar tidak mudah tergeser dari Karo. Baginya, wilayah Sumatera Utara terutama Karo tidak boleh dikuasai Belanda.
Tidak mengherankan saat itu pasukan di bawahnya bisa memunculkan sejumlah tentara yang menjadi pelopor pejuang melawan penjajah di Tanah Sumatera. Sebut saja Kapten Mayor Rim Rim Ginting dan Kapten Selamet Ketaren.
Djamin juga punya catatan penjuangan melancarkan operasi bukit barisan untuk menghadapi pergerakan pemberontak Nainggolan di Medan. Begitu pensiun dari militer, dia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kanada.
Berikut Tribun Medan juga merangkum cuplikan peristiwa di medan pertempuran, para pejuang tidak hanya memikirkan strategi menghadapi musuh.
Seringkali, ada banyak hal tak terungkap bagaimana berjuang kerja mempertahankan diri, melidungi pemimpin, memikirkan keselamatan keluarga dan bagaimana para pejuang harus tetap dapat melindungi rakyat sipil yang ketakutan.
Berikut beberapa cuplikan kejadian :
Pertama dalam melindungi pemimpin, Wakil Presiden Mohammad Hatta pada tanggal 27 Juli 1947 menjelang malam telah tiba di Berastagi dari Pematangsiantar untuk rencana kunjungan dan pidato keesokan harinya.
Walaupun persiapan telah rampung, rencana tersebut dibatalkan karena situasi keamanan yang tidak memungkinkan akibat Agresi Militer Belanda yang semakin meluas.
Pilihan tujuan evakuasi adalah ke Kutaraja melalui Kutacane, atau ke Bukittinggi melewati Merek dan Sidikalang. Selesai makan sahur dan sembahyang tahajjud, Wakil Presiden berangkat beserta rombongan.
Upacara perpisahan berlangsung pada 30 Juli dini hari di tengah-tengah jalan raya, dalam pelukan hawa dingin menusuk ke tulang menjelang subuh.
Sayup-sayup terdengar di kejauhan dari arah Saribudolok ledakan-ledakan peluru meriam tomong dan rentetan bunyi peluru senapan mesin, ternyata sudah terjadi antara pasukan kita dan pasukan Belanda yang bergerak dari Saribudolok. Demikianlah Wakil Presiden dapat selamat meninggalkan Tanah Karo.
Kedua, dalam memikirkan kesalamatan keluarga persoalan yang amat sulit dipecahkan adalah mengenai keluarga. Keputusan akhir yang diambil ialah seluruh keluarga Resimen I tidak perlu turut mengungsi dan dapat pulang ke kampung masing-masing.
Tapi keputusan ini ditentang keras keluarga karena semangat kemerdekaan dan cinta kepada Republik Indonesia melebihi pemikiran keselamatan diri mereka (istri dan anak-anak)
Akhirnya keluarga menerima keputusan itu dengan perasaan mendongkol.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Patung-Jamin-Ginting-diresmikan_.jpg)