Berita Dairi

SOSOK Aipda Johanes Simbolon, Berdedikasi Jadi Relawan Covid: Semua Jenazah Seperti Keluarga Sendiri

Pandemi Covid-19 sempat mengguncang dunia bahkan hingga ke Indonesia. Tak terkecuali wilayah Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

HO
Aipda Johanes Simbolon menjadi relawan Covid-19 di Kabupaten Dairi 

TRIBUN-MEDAN.com, SIDIKALANG - Pandemi Covid-19 sempat mengguncang dunia bahkan hingga ke Indonesia. Tak terkecuali wilayah Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

Banyak masyarakat Indonesia yang harus merenggut nyawa akibat terpapar Covid-19.

Baik dari kalangan masyarakat biasa, hingga tenaga medis menjadi korban dari keganasan Virus Corona.

Hal itu membuat Aipda Johanes Simbolon, petugas Samapta Polres Dairi menjadi relawan pemakaman jenazah Covid - 19 di Kabupaten Dairi.

Johanes merupakan lulusan Bintara tahun 2004 menjadi relawan pemakaman pasien Covid-19 sudah sejak tahun 2020.

"Saya menjadi relawan Covid sejak bulan April 2020. Sudah hampir 2 tahun lah," ujarnya.

Kepada Tribun Medan, ayah 3 anak ini menceritakan awalnya ingin menjadi relawan pemakaman Covid karena rasa kemanusiaan. Juga untuk menunjukkan sikap dan sifat Presisi selama bertugas. Selain itu juga dirinya turut serta menjadi relawan pemakaman agar masyarakat merasakan kehadiran Polri di tengah aktivitas warga.

"Saya awalnya meminta izin terlebih dahulu kepada petugas yang menguburkan jenazah, boleh gak saya ikut? Lalu kata mereka, oh boleh aja. Lalu saya izin kepada pimpinan mereka, dan saya juga izin kepada pimpinan saya untuk ikut bergabung jadi relawan Covid," terangnya.

Selama menjadi relawan Covid, Johanes beserta tim pengubur jenazah Covid kerap mendapat penolakan dari pihak keluarga yang tidak menerima anggota keluarganya meninggal akibat Covid -19.

"Kalau penolakan dari keluarga, sering ya. Apalagi awalnya pihak keluarga yang tidak terima dengan status alamarhum yang meninggal dalam keadaan positif Covid-19. Apalagi ketika ingin dikembumikan di TPU Covid yang berada di Desa Sidiangkat. Tapi, semenjak boleh dimakamkan di dekat rumah, baru lah tidak ada yang komplain lagi. Tetapi harus menjaga jarak ketika prosesi penguburan," sebutnya.

Dirinya kemudian menjelaskan kepada pihak keluarga, bahwa jenazah harus dimakamkan sesuai aturan protokol kesehatan, dan tidak boleh dimakamkan seperti biasanya.

"Kami selalu berusaha memberikan pemahaman tentang tata cara penguburan Covid, dan juga dibantu oleh perangkat desa atau lurah, yang menjelaskan kepada pihak keluarga," tambahnya.

Selama proses pemakaman, dirinya selalu menganggap setiap jenazah yang akan dikebumikan merupakan keluarga sendiri, sehingga ketika proses penguburan dilakukan dengan sungguh-sungguh.

"Pada dasarnya saya menganggap setiap jenazah yang dikebumikan itu merupakan keluarga saya. Sehingga ketika melangsungkan proses pemakaman itu betul-betul kita melakukannya. Apalagi, jika misalnya ada pasien yang beragama Nasrani, maka dari tim kami juga ada yang menjadi pendetanya. Begitu juga yang Muslim, akan kami lakukan prosesi pemakaman dengan tata cara Agama Islam," ungkapnya.

Menurutnya, pengalaman paling berkesan ketika menguburkan jenazah seorang balita yang masih berusia 3 tahun.

Dirinya sampai mengeluarkan air mata tentang kepedihan seorang anak yang masih kecil yang merenggut nyawa akibat terpapar virus Covid-19.

"Di situ kami tidak kuasa menahan air mata, sehingga kawan-kawan saya tidak tega untuk melakukannya. Jadinya saya sendiri yang harus turun langsung ke liang lahat meletakkan peti jenazah untuk dikuburkan," ucapnya.

Johanes menuturkan, pilihannya menjadi relawan Covid sempat mendapat larangan dari pihak keluarga karena faktor kesehatan.

Akan tetapi, tekadnya yang kuat demi kemanusiaan, dirinya tetap kukuh untuk menjalani pekerjaannya menjadi relawan Covid.

"Ya sebenarnya ada rasa takut juga, tapi namanya demi kemanusiaan, saya tetap menjalaninya. Meskipun dalam keadaan lelah setelah beraktivitas menjadi tugas saya sebagai anggota Polri," tegasnya.

Johanes menjelaskan, selama dirinya menjadi relawan Covid, ia harus mengasingkan diri dari keluarga untuk menjaga agar tidak menular Covid-19.

"Saya kalau sehabis pulang dari pemakaman, saya langsung mandi di sebuah gudang milik orangtua saya. Saya selalu berpesan kepada istri saya, untuk mengantarkan baju ke tempat itu, untuk pakaian ganti. Bahkan, tidur pun saya harus memisahkan diri dari keluarga. Jadi saya tidur sendiri di tempat gudang itu," terangnya.

Hingga kini pandemi Covid-19 di Kabupaten Dairi sudah tidak mengalami kenaikan ataupun ada warganya yang meninggal dunia.

Presiden Joko Widodo saat ini sudah menyampaikan pandemi Covid di Indonesia sudah menjadi endemi. Bahkan, masyarakat pun kini sudah diperbolehkan untuk membuka masker.

Johanes pun mengaku sudah tidak mendapat panggilan lagi menjadi relawan pemakaman Covid-19, dan mulai bertugas seperti biasanya di Samapta Polres Dairi.

Dirinya berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk selalu menerapkan hidup sehat, dan olahraga yang teratur.

"Ya kepada masyarakat untuk lebih menjaga pola hidup yang sehat, dan juga rajin berolahraga sehingga tubuh menjadi sehat," tutupnya.

Adapun identitas dari anggota Polri tersebut yakni, Nama : Aipda Johanes Sihombing, lahir di Sidikalang, 25 Juni 1982 beralamat di Jalan Empat lima Gang,Tinambunan, Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. Dirinya sudah 18 tahun bertugas di Polres Dairi sejak masuk ke Polri melalui jalur Bintara tahun 2004.

(cr7/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved