Pernikahan Adat Batak Simalungun

Ini Proses Panjang Prosesi Pernikahan Adat Batak Simalungun Pra dan Pasca-menikah

Beginilah proses panjang prosesi pernikahan adat Batank Simalungun yang berjalah selama ini

Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Array A Argus
HO
Ilustrasi pernikahan adat Batak Simalungun 

Rombongan hula-hula untuk masuk ke tempat acara dengan urutan uduran (rombongan ) yaitu Hula-hula lah yang pertama masuk diikuti tulang dan seterusnya sesuai dengan urutan adat.

Tanda makanan adat yang pokok adalah kepala utuh, leher (tanggalan), rusuk melingkar (somba-somba), pangkal paha (soit), punggung dengan ekor (upasira), hati, dan jantung ditempatkan dalam baskom/ember besar.

Makanan adat tersebut diserahkan kepada pihak perempuan, yang intinya menunjukkan kerendahan hati dengan mengatakan walaupun makanan yang kami bawa ini sedikit, semoga membawa manfaat dan berkat jasmani dan rohani bagi semua yang menyantapnya, sambil menyebut bahasa adat : Sititik Ma sigompa, golang – golang pangarahutna, tung so sadia otik pe naung pinatupai, sai godang ma pinasuna manjalo tumpak ( sumbangan tanda kasih )

Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas) datang kepada kerabat wanita untuk melakukan marhata sinamot / membicarakan masalah uang jujur (tuhor).

Busana yang akan dipakai dalam acara pernikahan

Pengantin wanita

Hiou dalam pakaian pengantin Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut Tolu Sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).

Hiou penutup kepala wanita disebut Bulang, kain yang disandang disebut Suri-suri.

Pengantin wanita mengenakan kebaya dengan bahan brokat merah atau disesuaikan dengan selera.

Pengantin Pria

Pengantin pria mengenakan jas yang dipadu dengan celana panjang dengan warna sama.

Hiou yang disandang ataupun kain samping disebut Suri-suri.

Marhata sinamot lebih formal lagi dari marhusip tetapi terkadang marhusip dan marhata sinamot digabung.

Pudun Sauta

Adalah pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih ), yang diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian jambar juhut (daging)kepada anggota kerabat yang terdiri dari

Kerabat marga ibu (hula-hula)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved