Ramadhan 1443 Hijriyah
Sejarah Masjid Lautze jadi Jembatan Tionghoa dan Muslim, Bukti Keterbukaan Toleransi Islam
Tapi dengan adanya Masjid Lautze, justru kita bangkitkan. Bertanya apa saja, silakan tanya. Bahkan
"Kadang kan salah satu kendala orang-orang yang ingin mencari islam kan kadang-kadang mereka malu dalam bertanya, kedua ada rasa takut," ungkapnya.
"Tapi dengan adanya Masjid Lautze, justru kita bangkitkan. Bertanya apa saja, silakan tanya. Bahkan saya sering kalau menghadapi calon mualaf justru saya tantang tanyakan kepada saya sesuatu yang tidak bisa saya jawab. Karena dengan begitu bisa jadi ilmu baru buat saya," sambungnya.
Di sisi lain, masjid ini hanya dibuka untuk umum mulai pukul 08.00 WIB-17.00 WIB.
Selain itu, selama bulan Ramadan, ibadah salat Tarawih hanya dilakukan pada hari Sabtu saja.
"Misalnya, kalau kita Tarawih kita tidak setiap hari. Karena kan kita jamaahnya itu jauh-jauh, nah itu kita fokuskan di setiap Sabtu aja. Mulai dari Ashar kita ada sedikit kajian ringan, kemudian buka puasa bersama, sampai Tarawih," ungkapnya.
Baca juga: Terjebak Macet di Cikampek, Pemudik Tempuh 12 Jam Perjalanan ke Semarang
Namun, untuk 10 hari terakhir bulan Ramadan, masjid ini akan terbuka untuk masyarakat muslim yang ingin beritikaf.
Masjid ini juga terbuka saat Hari Raya Idulfitri 1443 H. Jamaah akan melakukan salat ied hingga makan bersama seperti budaya etnis Tionghoa.
Naga menyebut Masjid Lautze ini tidak lepas dari campur tangan Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ. Habibie.
Awalnya, bangunan masjid ini memang sebuah ruko. Yunus dan Ali Kaim Oei, anak dari Abdul Karim Oei menyewa untuk yayasan tersebut. Namun, pemilik ruko meminta agar rukonya itu dibeli.
"Akhirnya pak Haji Ali dan pak Yunus Yahya menggadaikan sertifikat rumahnya untuk pinjaman uang ke Bank," ucapnya.
Baca juga: Intip Potret Artis Nia Ramadhani usai Bebas Kasus Narkoba, Langsung Pergi sama Ardi Bakrie & Family
Dengan kebingungan untuk membayar cicilan, maka Ali dan Yunus meminta bantuan ke Presiden Soeharto.
"Dari bantuan Pak Harto Alhamdulillah tidak banyak protokol gitu. Pak Habibie bilanh, ini duitnya sudah ada, kok nggak diambil? Oleh karena itu, diambil dan lunasi, serifikat diambil lagi dan diresmikan ada tandatangan Pak Habibie waktu itu beliau masih Menristek," ungkapnya.
Kini, lanjut Ustaz Naga, pengurus Masjid Lautze terus mensiarkan islam khususnya untuk warga etnis Tionghoa yang mau mengenal dan memeluk islam.
"Kalau ajaran agama kita kan bukan ajaran agama rasis, jadi ketika kita sudah masuk Islam, dengan lingkungan sekitar juga yasudah jadi melebur," ungkapnya.
(* /Tribun-Medan.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Masjid-Lautze.jpg)