Rusia vs Ukraina
KRISIS Mulai Dirasakan Sejumlah Negara, China Mengaku Rugi Besar, Tuduh NATO Penyebabnya
Presiden China Xi Jinping dilaporkan tengah tertekan berat karena dukungannya untuk Rusia hingga membahayakan perdagangan senilai miliaran pound
Beijing setuju dengan pembenaran Rusia terkait alasan utamanya menyerang Ukraina, bahkan ketika mengkritik penggunaan kekuatan militer sebagai metode untuk menyelesaikan masalah.
China telah berulang kali menuduh negara-negara Barat meningkatkan ketegangan dengan Rusia, mengatakan bahwa penolakan Barat mengatasi masalah keamanan Moskow yang sah adalah penyebab krisis.
Ketika banyak negara menerapkan sanksi terhadap Rusia, Beijing sendiri telah menolak untuk bergabung memberikan sanksi.
China menyebut sanksi itu ilegal dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
Sementara AS dan sekutunya menuduh China berada di "sisi sejarah yang salah" di Ukraina.
Barat pun mengancam Beijing dengan hukuman jika mendukung kampanye militer Rusia.
Moskow menyerang negara tetangganya itu menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan-ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014.
Kemudian akhirnya terjadi pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Luhansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis tersebut dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.
Sementara itu, dari pertempuran yang masih terus berlangsung antara kedua negara, Ukraina memperkirakan 20.000 orang telah tewas dalam perang sejauh ini.
Diketahui, perang Rusia dan Ukraina ini telah menjadikan krisis di sejumlah negara, bukan hanya di Ukraina dan Rusia saja. Tapi di seluruh dunia merasakan dampaknya.
(*/tribun-medan.com/intisari)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/TERKINI-Perang-Rusia-Ukraina.jpg)