Puasa di Negeri Orang
Dua Tahun Jalani Ramadhan di Berlin, Vyola Maldini Rindu Dengar Suara Azan Masjid
Disebutkan Viola, untuk tahun ini durasi puasa lebih sedikit dibandingkan tahun lalu yaitu 15-16 jam lantaran sudah memasuki musim gugur.
Tak kalah menarik, ternyata Vyola sering buka bersama dengan teman-teman perantauan untuk berburu menu berbuka yang biasanya dibagikan oleh para ibu-ibu disana.
Ia menilai, jauh dari tanah air tak menyurutkan nuansa islami saat berkumpul bersama teman-teman.
"Pengalaman yang paling berkesan itu pastinya saat berkumpul dan bukber sama teman-teman, yang pastinya juga merasakan bagaimana sulit nya berpuasa jauh dari rumah dan keluarga. Saya juga sangat merasakan kebersamaan umat muslim Indonesia, terutama dari kalangan pelajar, dalam menjalankan ibadah puasa di luar negeri, seperti ada nya pembagian makanan nusantara setiap minggu nya, yang disediakan oleh ibu-ibu dalam rangka memeriahkan bulan Ramadan," ujar Vyola.
Diceritakan Vyola, Jerman saat ini sudah mulai melonggarkan aktivitas masyarakat, sejalan dengan menurunkan kasus pandemi di negara tersebut. Sehingga, kini semakin ramai masyarakat muslim disana yang menunaikan ibadah tarawih dan mengadakan buka bersama.
"Situasi pandemi saat ini kalau dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu sudah banyak kelonggaran, kalau tahun lalu acara untuk khalayak banyak seperti bukber dan tarawih masih sangat sulit untuk diadakan, karena harus mengikuti protokol kesehatan yang cukup ketat. Pandemi di Jerman saat ini juga sudah cukup mereda, dan aturan-aturan sudah banyak yang diperlonggar. Penyelenggaraan bukber dan tarawih sudah diperbolehkan, dan penjagaan jarak untuk mencegah penyebaran COVID juga sudah ditiadakan," jelasnya.
Vyola juga bercerita jika masyarakat muslim di Jerman juga rutin mengadakan pengajian dan ceramah di setiap bulan Ramadan.
"Kalau dari komunitas-komunitas umat muslim sendiri setiap tahun nya pasti ada ya, misalnya Masjid Al-Falah, satu-satu nya mesjid di Berlin yang dikelola oleh umat muslim Indonesia, mengadakan banyak kegiatan dan program seperti pengajian online ataupun offline, story telling Ramadan oleh pemuda-pemudi Indonesia, dan pembagian makanan berbuka puasa," kata Vyola.
Saat disinggung mengenai mudik, Vyola menyayangkan jika tahun ini dirinya kembali tak dapat mudik ke kampung halaman lantaran bentrok dengan jadwal kuliah, padahal dirinya sudah mengagendakan dirinya untuk mudik ke kota Medan.
"Sayangnya keinginan saya untuk menjalankan ibadah puasa dan merayakan lebaran tahun ini harus diundur dulu karena satu dan lain hal, seperti karena kulliah saya semester depan akan kembali dilaksanakan secara tatap muka. Sebelum menjelang bulan Ramadan ada keinginan saya untuk pulang ke Indonesia, tapi dengan pertimbangan kalau kuliah diadakan secara daring, yang bisa dilakukan dari jarak jauh. Tapi karena tahun ini tidak memungkinan, puasa tahun ini harus jauh dari keluarga lagi," pungkasnya.
(cr13/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Vyola-Maldini-warga-Medan-yang-harus-menjalani-Ramadan.jpg)