Kedai Tok Awang
Auman Singa Lapar, dan Ledakan Dinamit Itu
Denmark di Euro 2020 jadi perwujudan dari idiom-idiom pantang menyerah yang dengan berbusa-busa kerap dilontarkan oleh para motivator. Inggris juga.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
- Jelang Semi Final Euro 2020
PERJALANAN Euro 2020, kejuaraan yang tertunda satu tahun lantaran Covid-19 yang menjadi pandemi dan membuat seluruh dunia kacau balau, sebentar lagi sampai di titik akhir. Empat tim tersisa. Semi final, dengan formasi yang "hampir" ideal.
Iya, hampir [dalam tanda kutip], karena keempat tim yang akan berduel menuju puncak tidak semuanya diperkirakan dapat sampai di sini. Italia dan Spanyol, bolehlah. Meski dibandingkan Perancis atau Jerman atau Belgia, persentase peluang yang diulik-ulik dan dihitung-hitung oleh para peramal bola –baik kelas kakap maupun kelas teri – untuk mereka, sesungguhnya lebih rendah.
Pun Inggris, negara yang tiap kali ada kejuaraan besar sepak bola selalu menggaungkan kalimat 'Football Coming Home'. Saking seringnya, kalimat ini –seakan-akan– jatuh jadi semacam bentuk lain dari keputusasaan di satu sisi dan olok-olok di sisi yang lain. Inggrisnya yang 'coming home'; kalah, masuk kotak, lalu pulang kampung, sedangkan 'football-nya' terbang ke negara lain.
Inggris tidak terlalu diperhitungkan. Apalagi, sejak awal turnamen bergulir, Inggris terus didera masalah. Termasuk pilihan-pilihan pemain Gareth Southgate. Dari sekian banyak pemain bagus yang tersedia di Inggris, dia justru memasukkan empat pemain yang kondisi fisiknya tidak 100 persen bugar.
"Aku rasa Si Southgate ini peramal jugak, ya," kata Lek Tuman. Obrolannya dengan Jek Buntal dan Jontra Polta soal pandemi yang makin gawat di Indonesia dan bikin Presiden Jokowi memberlakukan kondisi darurat di Jawa dan Bali (Jek bertanya apakah status darurat ini juga akan diberlakukan di Medan), terputus karena Mak Idam memainkan lagu yang sudah lama tidak terdengar, 'Coming Home' dari band glam rock Cinderella.
I am coming home where your love can shine on me...
"Dimasukkannya pemain-pemain cedera. Banyak orang bilang ini blunder. Pemain-pemain ini enggak akan bisa main. Enggak akan sembuh. Kalok pun sembuh enggak maksimal. Eh, ternyata, salah. Dua dari empat pemain ini bahkan udah cetak gol. Jack Grealish, walau selalu masuk dari bangku cadangan, kontribusinya cukup paten. Cumak Si Rashford yang belum nampak mainnya."
Sangkot yang sedang mabar Mobile Legend dengan Sudung dan Ane Selwa, menyambung. "Betul, Pak Kep. Awak sekarang, kok, mulai percaya sama yang dibilang Mak Idam hari itu. Mungkin memang kayak Rowan Atkinson Si Southgate ini. Diam-diam jenius dia. Iya, kan, Mak?"
Mak Idam yang telah beralih ke 'Semalam di Malaysia' dari D'Lloyd, mengangguk-angguk. "Kan, udah kubilang sama kelen," katanya seraya menambahkan, Gareth Southgate punya motivasi besar untuk membawa Inggris jadi juara Piala Eropa untuk membayar utangnya 25 tahun lalu.
"Gara-gara tendangan penalti dia ditepis kiper Jerman, lah, Inggris tersingkir. Padahal itu peluang terbaik Inggris jadi juara lagi. Inggris sedang bagus-bagusnya, dan siapa pun lawan orang itu di final, entah Ceko entah Perancis, awak rasa Inggris tetap menang."
Dalam 'Anything Is Possible: Be Brave, Be Kind and Follow Your Dreams', buku yang ditulisnya, Southgate menyinggung perihal malam nahas itu. Dia menggunakan kalimat 'always going to heart'. Selalu sangat menyakitkan hati. Kenangan yang membuatnya terus menyesal dan menyesal. Kenapa bola ditendangnya ke arah itu? Kenapa tidak ke sisi yang lain? Kenapa tidak menyusur tanah? Kenapa tidak lebih keras? Kenapa, kenapa, dan kenapa yang lain.
Southgate merasakan trauma berkepanjangan. Maka ketika The FA; asosiasi sepak bola Inggris, menunjuknya sebagai pelatih, dia melihatnya sebagai harapan untuk memupus trauma itu.
"Kelen bayangkan, lah, dari tahun 1996 dia tersiksa kayak gitu. Makan minum tidur berak enggak enak. Sudah di atas trauma lagi namanya ini. Apa ocik bilang waktu itu namanya, Cik?" tanya Mak Idam.
"Trauma irama," sahut Mak Len dari meja seberang. Mak Len sedang menguji cita rasa menu terbaru racikannya, Broken Heart Noodle with Peanut and Chili Souce, yang oleh Sudung disederhanakan namanya menjadi Mi Gomak.
"Nah, itu. Trauma irama. Kalau Inggris bisa juara. Hilang pastinya trauma itu. Dan dia sekaligus akan dicatat sebagai pahlawan. From hero to zero. Yakin awak Ratu Inggris akan kasih dia gelar 'Sir'. Bobby Robson yang cumak bawa Inggris juara empat di Piala Dunia 1990 aja dapat gelar itu. Alex Ferguson juga dapat. Padahal dia orang Skotlandia."
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/inggris_maguire.jpg)