Kedai Tok Awang
Masih Terkenang Gol Van Basten
Sejak Euro 1988 Belanda tidak pernah lagi sampai di titik yang sama. Pun saat mereka didapuk sebagai tuan rumah bersama Belgia di tahun 2000.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Kalimat terakhir Sangkot tadi sendiri jadi polemik lagi. Kali ini giliran Lek Tuman yang tak sependapat.
"Marco van Basten waktu itu ada Gullit dan Frank Rijkaard. Begitu, kan, maksudmu? Kalau ini, tentu kau salah, Kot. Ibarat kata tiap orang ada masanya, tiap masa ada orangnya. Bergkamp, Kluivert, van Nistelrooy, van Persie punya pemain-pemain hebat di samping dan di belakang mereka," katanya.
"Jadi yang seharusnya dipertanyakan itu, kenapa dengan pemain-pemain sehebat mereka, Belanda tidak kunjung juga jadi juara. Tidak di Piala Eropa. Apalagi di Piala Dunia," ucap Wak Razoki menyambung.
Begitulah memang, sejak Euro 1988, Belanda tidak pernah lagi sampai di titik yang sama. Pun saat mereka didapuk sebagai tuan rumah bersama Belgia di tahun 2000. De Oranje –julukan tim nasional Belanda-- hanya sampai fase empat besar.
Padahal, dari tahun ke tahun pemain-pemain berbakat tidak berhenti lahir dan berkembang. Tak terkecuali dalam beberapa tahun terakhir. Sebutlah nama-nama seperti Virgil van Dijk, Memphis Depay, Matthijs de Ligt, Donny van Beek, sampai yang terkini, Ryan Gravenberch. Ryan baru berusia 19.
Kecuali van Dijk yang sedang cedera, semua pemain itu masuk dalam skuat besutan Frank de Boer. Namun, setidaknya sampai hari ini, para petaruh bola di Eropa dan dunia belum menempatkan mereka di jajaran unggulan teratas.
"Pemain-pemain mereka memang main di klub-klub papan atas Eropa. Namun tidak ada yang terlalu menonjol. Bintang rata-rata air," kata Jek Buntal.
"Eh, tapi jangan silap kelen," ucap Wak Razoki menimpali. "Bintang juga enggak menjamin. Tengoklah Yunani di tahun 2004. Nggak ada bintang pun bisa juara juga."
"Kalok itu lain, Razoki," sahut Tok Awang. "Yunani juara karena campur tangan dewa-dewa."
Sangkot dan Lek Tuman tergelak. "Bah! Dewa! Dewa 19?" kata Sangkot, lalu bernyanyi dengan suara lantang. Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cintaaa....
“Ayo, Cik, nyanyi," ujarnya pula kepada Ocik Nansi yang sedang mengantarkan kopi untuk Tok Awang.
Ocik Nensi mencibir. "Sorry, ya, Kot. Ocik tak level kalok cuma Dewa. Minimal Van Halen, lah, band Belanda."
Sangkot dan Lek Tuman tergelak lagi. Jek Buntal juga. Tok Awang dan Wak Razoki tersenyum dikulum. "Van Halen bukan band Belanda, Cik. Itu band Amerika," kata Jek di sela-sela tawa.
"Oh, iya, nya? Kapan mereka pindah?" (t agus khaidir)
Pernah dimuat di Harian Tribun Medan
Senin, 7 Juni 2021
Halaman 1
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/marco-van-basten-2.jpg)