Gempa Bumi

GEMPA Bumi - Sumut Dilanda Gempa Bumi di Tiga Wilayah, Ini Penjelasan BMKG

Sejumlah wilayah di Sumatera Utara mengalami gempa bumi, antara lain di Aceh, Samosir, dan Padang Sidempuan.

lacity.org
Ilustrasi seismograf gempa bumi. (lacity.org) 

Darono mengatakan, gempabumi dengan magnitudo 3,9 ini adalah yang terbesar dan sempat dirasakan sebagai guncangan lemah oleh warga Samosir dalam skala intensitas II MMI.

“Berdasarkan seluruh data gempa yang terkumpul, sebagian besar rentetan gempa yang terjadi memiliki magnitudo kurang dari 2,4 dengan kedalaman kurang dari 5 kilometer,” terangnya. 

Melalui analisis pihak BMKG atau hasil amatan aktivitas gempa yang terjadi maka, ia dapat menyimpulkan bahwa rentetan gempa ini termasuk dalam klasifikasi tipe gempa kerumunan atau gempa swarm. 

Baca juga: LAGI, Samosir Diguncang Gempa Beruntun, Selama 3 Jam Terjadi 4 Kali Guncangan, Ini Keterangan BMKG

“Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal,” tambahnya. 

Aktivitas gempa swarm Samosir ini meskipun magnitudonya kecil tetapi terjadi cukup intensif.

Sebagai contoh, beberapa kejadian dimana dalam sehari terjadi aktivitas swarm cukup banyak seperti pada 4 April 2021 terjadi 8 kali, tanggal 6 April 2021 terjadi 6 kali, tanggal 18 April 2021 terjadi 11 kali, dan anggal 19 April 2021 terjadi 5 kali. 

“Patut disyukuri bahwa aktivitas swarm di Samosir saat ini tidak banyak yang dirasakan oleh warga dan hanya tercatat oleh jaringan seismograf milik BMKG,"

"Untuk itu masyarakat dihimbau tidak perlu panik dan khawatir dengan adanya aktivitas gempa swarm di wilayah ini,” ungkapnya. 

Ia menuturkan bahwa fenomena gempa swarm di Indonesia sudah terjadi beberapa kali, seperti aktivitas swarm di Klangon, Madiun pada bulan Juni 2015, Jailolo-Halmahera Barat yang terjadi bulan Desember 2015, dan Mamasa-Sulawesi Barat terjadi pada bulan November 2018.

“Pada beberapa kasus swarm banyak terjadi karena proses-proses kegunungapian (vulkanik), dan hanya sedikit diakibatkan oleh aktivitas tektonik murni,” tuturnya. 

Ia menyampaikan bahwa gempa swarm vulkanik terjadi karena adanya gerakan fluida magmatik yang mendesak dengan tekanan ke atas dan ke samping tubuh gunung melalui saluran magma (conduit) atau bagian yang lemah (fracture dan patahan) dari gunung tersebut. 

“Intrusi magmatik yang memotong lapisan batuan ini disebut dike. Dengan energi dorong dan tekanan dike ke atas yang terus menerus melewati bagian tubuh gunung, maka akan terjadi proses rekahan perlahan-lahan hingga menyebabkan gempa kecil yang terjadi berulang-ulang dan tercatat oleh sensor seismograf,” lanjutnya. 

Ia mengatakan bahwa selain berkaitan dengan kawasan gunung api, beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan nonvolkanik. 

Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh sehingga mudah terjadi retakan (fractures).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved