Smart Woman

Bayar Seribu Rupiah, Deasy Arfriani Bersama Tim Hadirkan Warung Nasi Rp 1000 Dhuafa

Hidup tak hanya bercerita tentang kebahagian diri sendiri tapi juga kebahagian orang-orang sekitar kita

TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Founder Komunitas 1000 Dhuafa, Deasy Arfriani 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Hidup tak hanya bercerita tentang kebahagian diri sendiri tapi juga kebahagian orang-orang sekitar kita. Kita bisa bahagia kalau melihat orang-orang sekitar kita juga bahagia.

Berbagi kebahagian, Founder Komunitas 1000 Dhuafa, Deasy Arfriani bersama timnya menghadirkan Warung Nasi Rp 1000 Dhuafa.

Diakuinya, kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Komunitas 1000 Dhuafa.

"Awalnya kita terinspirasi dari komunitas yang ada di Jawa, salah satu kegiatannya Warung Baru Nasi 1000. Dari situ, saya melihat kegitan tersebut sangat menginspirasi jadi ingin buat begitu juga," ucap Deasy.

Kemudian Deasy pun menceritakan keinginannya tersebut kepada teman-teman terdekatnya, beruntung ia juga didukung hingga akhirnya berdirilah Warung Nasi Rp 1000 Dhuafa sejak Bulan Maret tahun 2019.

"Warung Nasi Rp 1000 Dhuafa ini buka sekali seminggu, setiap hari Sabtu. Lokasinya berbeda beda, kita sediakan nasi dan lauk pauknya, makanan rumahan, dan mereka hanya bayar seribu," katanya.

Pada Sabtu (21/12/2019) ini, Warung Nasi Rp 1000 Dhuafa berada di dekat Sungai Deli Medan. Warga yang berkunjung ke warung nasi tersebut tampak senang.

"Konsepnya kita makan di tempat. Makan di tempat kebanyakan orang sungkan, jadi kalau bayar 1000, mereka jadi bisa lebih puas. Sebenarnya konsep 1000 itu hanya simbol saja. Enggak bayar juga enggak apa apa, cuma kalau mereka bayar 1000 jadi pede untuk tambah lagi," ungkapnya.

Deasy mengatakan pengalaman menarik di Komunitas 1000 Dhuafa ini saat berbagai makanan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun di Kecamatan Medan Marelan.

"Saat disana, enggak ada yang mau datang ke tempat kami, jadi kami naik ke atas dan bagi bagi nasi ke mereka. Mereka senang sekali, dan teryata mereka bukan enggak mau datang tapi di atas itu mereka enggak bisa turun, kalau turun target mungut sampah yang seharian akan tidak tercapai," ujar Perempuan kelahiran Medan, 17 Desember 1982 ini.

Diakui Deasy, pihaknya menyediakan lebih kurang 100 porsi setiap minggunya. Ia berharap kedepannya porsi makanan ini akan bertambah seiring dengan bantuan donatur lainnya.

Ia menjelaskan tantangan berbagi makanan in berkaitan dengan dana, sebab harga makanan yang terkadang naik. Dengan memanfaatkan sosial media, ia bersama tim mengajak warganet untuk ikut donasi.

"Modal makanan ini ada dari teman teman juga, tim kita juga suka nyumbang. Selain itu karena kegiatan ini sudah terekspos di Instagram, ada juga yang mau bantu donasi. Perkembangannya, semakin banyak orang yang tahu kegiatan ini," ungkapnya.

Dari kecil, kata Deasy ia paling tak bisa melihat orang susah, sebab sudah tertanam dalam dirinya rasa empati untuk orang lain.

"Lihat orang di pinggir jalan, kakek kakek jual kerupuk, lihat orang-orang susah di televisi saya bisa nangis. Saya bukan siapa-siapa tapi saya ingin bisa bantu mereka, paling tidak meringankan beban mereka, pas ada wadah seperti ini sedikit banyakkan tersalurkan," ucapnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved