El Clasico Barcelona vs Real Madrid
Sepak Bola Politik yang Makin Ruwet
Tahun ini, diperkirakan, El Clasico ditonton antara 400-450 juta orang di seluruh dunia. Apa jadinya jika sepanjang laga senyera terus berkibar?
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Federasi sepak bola Spanyol, REFF, dan Badan La Liga yang tidak ingin ambil resiko, menunda laga ini. Bukan hanya berpotensi chaos. Lebih jauh juga karena sangat memungkinkan untuk menampar wajah pemerintah Spanyol. Membuat malu yang sebenar-benarnya malu.
El Clasico merupakan pertandingan olah raga yang menyedot perhatian sangat besar. Bukan hanya di Spanyol. Bukan hanya di Eropa. Laga ini jadi rebutan saluran-saluran televisi, baik televisi konvensional maupun televisi internet. Mereka berlomba untuk mendapatkan hak siar. Tahun ini, diperkirakan, El Clasico ditonton antara 400 sampai 450 juta orang di seluruh penjuru dunia. Maka apa jadinya jika sepanjang pertandingan, di hadapan 400 sampai 450 juta pasang mata itu, Senyera terus berkibar-kibar?
REFF dan La Liga, setelah sempat berdebat, memutuskan laga yang tertunda dilaksanakan 18 Desember waktu Barcelona. Apakah situasi sudah benar-benar kondusif?
Belum! Otoritas keamanan Spanyol, enam hari lalu, menemukan pesan berantai dari Cataloni's Democratic Tsunami, kelompok prokemerdekaan Catalan. Pesan berisi ajakan aksi unjuk rasa dengan titik kumpul di pusat Kota Barcelona, tak jauh dari Camp Nou, pada pukul 16.00 waktu setempat atau empat jam jelang kick off. Konon, sebanyak 18 ribu orang telah mengonfirmasi untuk ikut dalam aksi ini.
Keruwetan pun segera bertambah. REFF dan La Liga tidak mau menunda laga untuk kali kedua. Laga mesti tetap digelar. Demi keamanan, jumlah polisi dan tentara yang diturunkan ditambah. Demi keamanan pula, untuk kali pertama dalam sejarah El Clasico, skuat Barcelona dan Real Madrid diinapkan dan diberangkatkan dari hotel yang sama. Hotel Princesa Sofia yang berjarak kurang lebih 600 meter saja dari Camp Nou.
Di luar segenap keruwetan ini, mereka yang akan berduel; pemain dan pelatih, baik Barcelona maupun Real Madrid, mencoba untuk tak peduli.
"Kami tidak memikirkan hal itu. Kami akan bermain melawan Real Madrid dan meraih tiga poin. Kemenangan akan membuat posisi kami sedikit lebih lega," kata Pelatih Kepala Barcelona, Ernesto Valverde.
Di klasemen La Liga, Barcelona dan Real Madrid memang tidak berjarak. Berada di posisi pertama dan kedua, mereka hanya dipisahkan oleh besaran selisih gol. Barcelona +23, Real Madrid +21. Jika menang, setidaknya sampai memasuki pekan libur Tahun Baru 2020, Barcelona akan mengungguli Madrid secara mutlak.
"Isu terus bergulir dan para politisi membicarakannya dengan bersemangat. Tentu itu hak mereka. Namun kami hanya ingin menampilkan sepak bola yang bagus," kata Zinedine Zidane, Bos Madrid. "Kami mencoba menjauh. Atau setidaknya bertahan dan menciptakan posisi yang lebih menguntungkan."
Ketidakpedulian juga ditunjukkan Antoine Greizmann. Le Petit Prince --julukan Greizmann-- akan melakoni El Clasico pertamanya dan ia tak sabar ingin segera merumput.
"Ada isu politik yang besar di sini dan saya menghargai itu. Tapi saya pemain sepak bola dan bagi seorang pemain sepak bola, yang selama bertahun-tahun hanya menyaksikan El Clasico dari televisi, akan menjadi bagian darinya adalah ibarat mimpi yang terwujud. Ini akan jadi salah satu hari yang luar biasa dalam hidup saya," katanya.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/el-clasico3.jpg)