Hari Pers Nasional
Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumatera Utara: Belajar Fakta Sejarah Pers
Sekitar tahun 1880-1942 ditemukan 147 penerbitan pers di Sumatera Utara. Jumlah ini merupakan jumlah penerbitan koran terbanyak
Penulis: Septrina Ayu Simanjorang |
TRIBUN-MEDAN.com - Sekitar tahun 1880-1942 ditemukan 147 penerbitan pers di Sumatera Utara. Jumlah ini merupakan jumlah penerbitan koran terbanyak di Indonesia pada Masa Kolonial Belanda.
Saat ditemui di Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumatera Utara yang diselenggarakan di Kantor Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 6 hingga 8 Februari 2019, Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Ilyas S Sitorus menyatakan ada tahun 1916 Koran Benih Merdeka adalah koran pertama di Indonesia yang berani menggunakan kata 'merdeka' untuk nama korannya dan berasal dari sumatera Utara.
"Ucapan kata 'merdeka' itu juga termasuk Sumatera Utara yang pertama berani menyuarakan di Indonesia. Kalau kita ikuti dari beberapa media ini, memang semangat merdeka sudah ada jauh sebelum 1945 oleh nenek moyang kita dulu. Semangat bagaimana masing masing suku bisa bersatu untuk mendapatkan kemerdekaan ini," ujar Ilyas.
Ia kemudian menunjukkan salah satu koran yang bernama Benih Merdeka. Kata Ilyas koran ini sudah berusia ratusan tahun yang aslinya bahkan sudah rapuh.
"Makanya kita coba berkoordinasi dengan bagian keuangan untuk tahun depan atau di APBD perubahan kita bisa anggarkan untuk membeli seperti obat pengawet agar koran ini tidak rusak," tuturnya.
Provinsi Sumatera Utara memiliki tokoh pers yang mendapatkan gelar Raja Delik Pers di Indonesia, yaitu Parada Harahap.
Julukan tersebut didapatnya lantaran menentang penjajah Belanda melalui pemberitaan dan paling sering keluar masuk penjara.
Sewaktu masa pendudukan Sekutu atau Belanda pada tahun 1945-1949, Sumatera Utara telah memiliki tiga koran dan majalah perjuangan, yaitu Soeloeh Merdeka, Mimbar Oemoem dan Waspada.
Selain itu Sumatera Utara adalah pelopor koran perempuan pertama di Indonesia dengan terbitnya tiga koran perempuan, yakni Perempuan Bergerak (Medan, 1916), Soeara Iboe (Sibolga, 1932), dan Boroe Tapanoeli (Kotanopan,1940). Mingguan pertama yang bergambar dalam sejarah pers di Indonesia yakni mingguan Waktoe terbit pada 1948 di Medan.
Staff dari PUSSIS-UNIMED, Putri Umami Siagiaan menyatakan koran di pameran ini ada yang asli dan repro. Kebanyakan terbitan Medan, ada pula Tarutung dan koran batak.
Tujuan dari publikasi koran-koran ini kata Putri adalah dengan banyaknya peristiwa dalam berita di surat kabar ini, bisa menggambarkan segala peristiwa bersejarah di tahun tertentu dan menjadi sumber pengetahuan baru.
"Diharapkan koran-koran ini bisa jadi sumber sejarah dan bisa jadi sumber pengetahuan dari ilmu sejarah. Jadi ada edukasi untuk anak-anak sekolah. Karena dari koran bisa ditemukan banyak bukti sejarah dan autentik," pungkasnya.
Pengunjung pameran ini beragam, mulai anak-anak sekolah dan pengunjung umum. Kata Putri hari ini adalah puncak dari pengunjung ke pameran ini. Sejak hari pertama dan kedua kebanyakan dari pegawai di lingkungan kantor Gubernur dan juga wartawan serta dosen. Sedangkan di hari terakhir kebanyakan dari kalangan siswa siswi SMP dan SMA.
(cr18/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/siswa-siswi-sma-unggulan-ct-foundation-melihat-lihat-surat-kabar.jpg)