Kedai Tok Awang

Ramalan-ramalan Njeplak dan VAR yang Bunuh Sepakbola

Piala Dunia 2018 memang menghadirkan kejutan-kejutan yang bagi banyak orang tidak terlalu menyenangkan.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO/JOHN MACDOUGAL/EMILIANO LASALVIA/FRANCISCO LEONG
FOTO combo suporter-suporter tim nasional Jerman, Argentina, dan Spanyol pascatersingkirnya tim yang mereka dukung di kompetisi Piala Dunia 2018. 

Sudung senyum malu-malu mendengar repetan itu. Namun terus juga dia menjalin kerjasama regional dengan Jontra Polta, dan VAR, memang jadi biang keladi kekalahannya di laga Portugal kontra Iran.

WASIT memberikan isyarat untuk memeriksa VAR (Video Assistance Referee) pada pertandingan antara Portugal dan Iran, 26 Juni 2018. Hasil rekaman VAR membuat wasit memutuskan memberi tendangan penalti pada Iran di penghujung laga yang akhirnya berkesudahan 1-1.
WASIT memberikan isyarat untuk memeriksa VAR (Video Assistant Referee) pada pertandingan antara Portugal dan Iran, 26 Juni 2018. Hasil rekaman VAR membuat wasit memutuskan memberi tendangan penalti pada Iran di penghujung laga yang akhirnya berkesudahan 1-1. (AFP PHOTO/FILIPPO MONTEFORTE)

"Sa kira itu teknologi jadi bikin sepakbola trada natural lagi, Bung," sahut Pace Pae yang sedari tadi sibuk dengan telepon selularnya. Dia berkomunikasi lewat WhatsApp dengan kawannya di Jayapura, menanyakan apakah Boaz Salossa akhir pekan nanti akan main lawan Bhayangkara. "VAR su bunuh sepakbola!"

"Persis, Pace! Sepakbola itu permainan yang manusiawi. Bahkan ada yang sampek bilang sepakbola seperti kehidupan sendiri. Enggak lurus-lurus terus. Ada belok-beloknya, ada silap-silapnya. Cemana, Pak Guru?"

Zainuddin mengangkat bahu. "Teknologi ini sebenarnya dibikin dan diterapkan untuk meminimalisir kesalahan yang bisa berimbas merugikan tim yang bertanding. Kalok tahun 2010 sudah ada VAR, tendangan Frank Lampard pasti disahkan jadi gol dan mungkin saja Inggris enggak kalah dari Jerman."

"Iya, betul tu," kata Sangkot menyambung. "Pakek VAR sekarang wasit kayak enggak pernah salah. Jadi tak bisa lagi awak ngejek-ngejek wasit mata kayu."

Sangkot, Sudung, dan Pace Pae kemudian tertawa-tawa, dan baru berhenti saat dari balik steling, Ocik Nensi menyanyikan lagu Raisa. Semuanya telah berbeda. Apalagi salahku, apalagi salahmuuuuu... (t agus khaidir)

Telah dimuat Harian Tribun Medan
Kamis, 5 Juli 2018
Halaman 1

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved