Kedai Tok Awang
Ramalan-ramalan Njeplak dan VAR yang Bunuh Sepakbola
Piala Dunia 2018 memang menghadirkan kejutan-kejutan yang bagi banyak orang tidak terlalu menyenangkan.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Sudung senyum malu-malu mendengar repetan itu. Namun terus juga dia menjalin kerjasama regional dengan Jontra Polta, dan VAR, memang jadi biang keladi kekalahannya di laga Portugal kontra Iran.
"Sa kira itu teknologi jadi bikin sepakbola trada natural lagi, Bung," sahut Pace Pae yang sedari tadi sibuk dengan telepon selularnya. Dia berkomunikasi lewat WhatsApp dengan kawannya di Jayapura, menanyakan apakah Boaz Salossa akhir pekan nanti akan main lawan Bhayangkara. "VAR su bunuh sepakbola!"
"Persis, Pace! Sepakbola itu permainan yang manusiawi. Bahkan ada yang sampek bilang sepakbola seperti kehidupan sendiri. Enggak lurus-lurus terus. Ada belok-beloknya, ada silap-silapnya. Cemana, Pak Guru?"
Zainuddin mengangkat bahu. "Teknologi ini sebenarnya dibikin dan diterapkan untuk meminimalisir kesalahan yang bisa berimbas merugikan tim yang bertanding. Kalok tahun 2010 sudah ada VAR, tendangan Frank Lampard pasti disahkan jadi gol dan mungkin saja Inggris enggak kalah dari Jerman."
"Iya, betul tu," kata Sangkot menyambung. "Pakek VAR sekarang wasit kayak enggak pernah salah. Jadi tak bisa lagi awak ngejek-ngejek wasit mata kayu."
Sangkot, Sudung, dan Pace Pae kemudian tertawa-tawa, dan baru berhenti saat dari balik steling, Ocik Nensi menyanyikan lagu Raisa. Semuanya telah berbeda. Apalagi salahku, apalagi salahmuuuuu... (t agus khaidir)
Telah dimuat Harian Tribun Medan
Kamis, 5 Juli 2018
Halaman 1
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/combo2_20180705_155115.jpg)