Kedai Tok Awang

Ramalan-ramalan Njeplak dan VAR yang Bunuh Sepakbola

Piala Dunia 2018 memang menghadirkan kejutan-kejutan yang bagi banyak orang tidak terlalu menyenangkan.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO/JOHN MACDOUGAL/EMILIANO LASALVIA/FRANCISCO LEONG
FOTO combo suporter-suporter tim nasional Jerman, Argentina, dan Spanyol pascatersingkirnya tim yang mereka dukung di kompetisi Piala Dunia 2018. 

LANTARAN para peramal kelas kakap saja banyak yang kecele, maka peramal-peramal kelas teri tak perlu malu kalau ramalan mereka njeplak.

Demikian kalimat hiburan Jontra Polta kepada Jek Buntal dan Sangkot yang sampai babak perdelapan final Piala Dunia 2018 lebih sering menangis. Tim-tim yang mereka jagokan lebih sering kalah. Kalau pun tim-tim itu tak kalah, keberanian tanpa perhitungan matang dalam memberikan voor, membuat keduanya kerap jadi pesakitan.

Namun di luar nasib Jek Buntal dan Sangkot yang tentu saja tak usah dipikirkan, Piala Dunia 2018 memang menghadirkan kejutan-kejutan yang bagi banyak orang tidak terlalu menyenangkan. Rusia yang dingin menjadi kuburan tim-tim "mainstream". Tim-tim dengan nama besar dan tradisi panjang di Piala Dunia. Tim-tim yang tiap kelolosannya ke fase-fase akhir kejuaraan akan dipandang sebagai kewajaran belaka.

Tengoklah komposisi perempat final edisi ini: Uruguay, Perancis, Rusia, Kroasia, Brasil, Belgia, Swedia, dan Inggris. Tidak ada Jerman, juara dunia empat kali. Tidak ada Spanyol, tidak ada Argentina, juga Portugal. Sebelumnya, para raksasa macam Italia, Belanda, dan Chile, bahkan tak sempat kebagian tiket dan harus jadi penonton.

"Ini sebenarnya menandakan satu hal. Bahwa di level atas, kualitas teknik sepakbola antar negara enggak lagi berbeda jauh. Yang lebih menentukan jadinya adalah mental. Sekuat mana dan serapuh mana. Dewi fortuna jugak berperan. Siapa yang sedang beruntung dan siapa yang sedang sial," kata Zainuddin.

Jerman, menurut Zainuddin, tidak siap secara mental. Agak mengherankan sebab sepanjang kualifikasi, Jerman justru menunjukkan kebalikannya. Siapa yang berani menyebut mereka tak siap dengan rekor 100 persen itu? Jerman menyapu bersih sepuluh laga kualifikasi, mencetak 43 gol dan hanya kebobolan empat gol. Lebih dari sekadar dahsyat.

Lalu apa yang terjadi pada Jerman sehingga di Rusia mereka bermain nyaris tanpa greget. Istilah Pak Udo, kayak Mercedes pakai minyak campur. Mesin bagus, tongkrongan bagus, namun ngadat, tak dapat melaju sesuai kemampuannya.

"Awak baca, dari media-media online kita yang ngutip media-media di Jerman, terjadi perpecahan di tubuh tim nasional Jerman. Antara pemain senior dengan pemain dari generasi yang lebih muda. Sampek ada yang nulis, Si Kross itu enggak mau kasi bola ke beberapa pemain. Dia cumak ngumpan ke pemain-pemain yang masuk ke gengnya aja. Cemanalah enggak ancur kalok gitu kejadiannya."

FOTO combo pemain-pemain Argentina, Jerman, dan Spanyol pascatersingkir dari kompetisi Piala Dunia 2018.
FOTO combo pemain-pemain Argentina, Jerman, dan Spanyol pascatersingkir dari kompetisi Piala Dunia 2018. (AFP PHOTO/BENJAMIN CREMEL/SAEED KHAN/FRANCISCO LEONG)

"Hampir sama kayak Argentina jugaklah kalok gitu ceritanya, ya, Pak Guru," kata Jek Buntal. Jek memang masih penasaran. Meski bukan penggemar Lionel Messi, dia tiga kali menaruh harapan tinggi pada Argentina. Masing-masing versus Islandia, Kroasia, dan Perancis. Tiga-tiganya hanyut.

"Iya, bisa dibilang kek gitulah, Jek. Bedanya, itupun kalok benar gosipnya, di Argentina pemain junior lebih tunduk pada pemain senior ketimbang sama pelatihnya. Lebih didengar orang tu cakap Messi dan Mascherano daripada Si Sampaoli."

"Kaloklah solid sikit Argentina ni, paling enggak bisa sampek semifinal jugak mereka. Entah-entah masuk final pun. Soalnya, di semifinal mungkin bisa jumpa Brasil. Lawan musuh besar biasanya bisa agak lain mainnya. Lain semangatnya. Tapi, ya, mau cemana lagi. Bak orang kata, nasik udah jadi bubur ayam. Udah padam orang tu digas Perancis," ucap Jek Buntal dengan nada suara tak bersemangat.

Selain hasil akhir yang secara mengenaskan mendepak jago-jago lama itu dari persaingan babak gugur, Piala Dunia edisi ini banyak mengetengahkan pertandingan yang bikin pasar taruhan jungkir balik. Skor-skor tipis, gol-gol di penghujung waktu.

Satu sisi mengasyikkan, di lain sisi menjengkelkan. Terutama lantaran beberapa gol telat tersebut, datang dari titik putih. Hukuman yang diberikan wasit lewat keputusan yang diambil pascamemeriksa rekaman VAR (Video Assistant Referee).

"Jadinya kek asik-asik jambu. Dibilang asik, ya, asik, tapi enggak sampek asik kali," kata Sudung, yang sebenarnya, paling tidak jika dibandingkan Jek Buntal dan Sangkot, bernasib lebih baik. Kemenangan-kemenangan yang diraihnya cukup untuk membayar utangnya di kedai Tok Awang.

Malang baginya, Ocik Nensi menolak. "Tak sudi aku makan uang judi, Sudung! Kalok tak pernahnya kecik-kecik dulu kau belajar agama, pinomat kau dengar itu lagu Oma Irama."

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved