Citizen Reporter

Inilah Salah Satu Kota Tujuan Wisata Bahari Dunia

Menuju ke Sabang, route yang saya lalui melalui Kota Banda Aceh lewat Pelabuhan Ulee Lheue. Pada saat itu, ferry (kapal laut)

Editor: AbdiTumanggor
Tribun Medan / Ayu Prasandi
Menuju Sabang, Banda Aceh, titik O Kilometer. 

Pemerintah Kota Sabang tak lelah-lelah mempromosikan tempat wisatanya ke masyarakat luas, dengan harapan wisatawan selalu berkunjung tak hanya saat hari libur tiba.Pemkot Sabang menargetkan pada tahun 2017 ada 1 juta wisatawan datang ke Sabang. Target yang diinginkan itu bukan omong kosong, sebab kota yang memiliki pelabuhan bebas itu sering menjadi tempat bersandar kapal pesiar dan yacht alias perahu layar. Kapal Pesiar Artania pernah melabuh di Pelabuhan Sabang. Sebesar apapun kapal pesiar, bisa menurunkan jangkarnya di Pelabuhan Sabang, sebab kedalaman pelabuhan mencapai 22 meter.

Saya pernah di Pulau Langkawi, Negara Bagian Kedah, Malaysia. Di sana ada pelabuhan yacht yang begitu popular. Di salah satu papan, terlihat ada pengumuman route yacht itu. Salah satu tujuannya ke Kota Sabang, Indonesia. Di sini menunjukan Sabang sebagai tempat  wisata yang diperhitungkan dunia.

Untuk mencapai target kunjungan wisata hingga 1 juta, beberapa tahun yang lalu kota yang terkenal sejak tahun 1600-an itu memiliki 73 Bungalow, 970 kamar, dan 43 restoran. Pastinya fasilitas penginapan saat ini di Sabang sudah bertambah.  

Sebagai daerah dengan tingginya kunjungan dari wisatawan mancanegara, di beberapa tempat memberi kelonggaran pada bule untuk menikmati matahari atau berjemur. Tempat itu seperti di Pantai Sumur Tiga. Pantai yang berdampingan dengan Pantai Anoi Itam itu cukup menarik, pasirnya putih, airnya hijau-biru bening, banyak pohon kelapa, dan sinar matahari yang menyengat sehingga diburu para pencari matahari.

Bertoleransi antara wisatawan asing dan penduduk lokal bisa jadi karena pelaku industri dan pendukung wisata di Sabang sudah biasa berhubungan dengan para foreigner itu. Saking banyaknya orang dari Eropa, di antara mereka ada yang menikah dengan penduduk lokal seperti bule asal Swedia bernama Peth. Ia mengatakan dirinya sudah tinggal di Indonesia selama 20 tahun meski setahun sekali pulang ke negaranya. "Di sini ada sekitar 20 bule, laki-laki atau perempuan, menikah dengan orang lokal," papar beberapa waktu yang lalu, ketika saya temui.

Sabang dikatakan tempat wisata yang nyaman, aman, dan terbuka bagi orang luar. Semasa Aceh dalam suasana konflik, Sabang merupakan wilayah paling aman. Suasana tersebut masih terasa sampai saat ini. Tak hanya aman dari konflik, Sabang juga aman dari tindakan pencurian. Path sempat bercerita bahwa ada seorang wisatawan dari negara Eropa dompetnya terjatuh. Dalam dompet itu ada uang yang kalau dirupiahkan nilainya mencapai Rp200 juta. Namun dompet itu berada di tangan pemiliknya setelah ditemukan oleh seorang anak.

Demikian pula saat wisatawan dari Malaysia yang dompetnya jatuh. Dalam dompet itu tak hanya uang namun juga passport. Sama dengan kejadian di atas, dompet dan passport itu kembali setelah ditemukan oleh seorang sopir taxi. "Mudah-mudahan kesadaran masyarakat akan tetap baik," ujarnya.

pulau rubiah

Laut Bening di Pulau Rubiah

Menuju ke Pulau Rubiah, kita akan menemukan banyak wisatawan menaiki perahu dengan kaca dibawahnya untuk melihat ikan-ikan yang bermain di sekitaran terumbu karang. Pulau Rubiah adalah sebuah pulau yang kecil sehingga sebelum melabuh di pulau itu, kita bisa mengelilinginya. Terlihat rupa bumi pulau itu dipenuhi dengan batu-batu hitam dan besar. Batu-batu itulah yang membuat Pulau Rubiah kokoh terlindungi dari hempasan gelombang.

Meski Pulau Rubiah di sisi-sisinya berupa tebing batu nan cadas, namun di beberapa bagian ada tempat untuk wisatawan berwisata air seperti berenang, menyelam, dan mengapung. Hal demikian disebabkan karena air laut Pulau Rubiah sangat bening, sebening kaca, tembus hingga ke dasar dan tidak dalam. Hal inilah yang membuat segala umur bisa berenang dan melakukan wisata air.

Pulau Rubiah memang dijadikan sebagai tempat wisata menyelam, berenang, dan mengapung. Di tempat itu ada tempat penyewaan peralatan menyelam dan mengapung. Warna jaket pelampung orange banyak menggantung di tempat itu selain alat bantu pernafasan dan kaca mata air.

Pada saat saya ke sana, terlihat ratusan wisatawan dari berbagai daerah bahkan mancanegara menyeruak di tepi Pulau Rubiah yang tampak ceria bermain air. Di tepi-tepi pulau itu ada bangunan-bangunan kayu, selain sebagai tempat penyewaan alat berenang, menyelam, dan mengapung juga melayani makanan dan minuman.

Meriung di Warung Kopi

Selepas Maghrib, warung kopi yang berada di samping gudang Pelabuhan Sabang mulai didatangi para penikmat kopi. Laki-laki, perempuan, tua, muda, maupun anak-anak berbaur di tempat itu. Sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Kota Sabang, para pengunjung memesan kopi asli aceh seperti ulee kareng dan sanger. Meski demikian, bagi para pengunjung yang tak suka kopi, misalnya anak-anak atau perempuan, mereka disediakan minuman alternatif seperti juice buah. Ramainya warung membuat jalan di samping gudang sesak oleh parkir sepeda motor dan mobil milik pengunjung.

Warung kopi di tempat itu dan tempat-tempat lainnya selalu ramai dikunjungi, sebab di sana pengunjung tak hanya meneguk kopi tapi juga ngobrol ngalor-ngidul. Bahkan kalau ada Liga Premier Inggris, pengunjung membludak. Sambil meneguk kopi mereka menonton sepak bola. Warung itu memang sepertinya mengerti bahwa pengunjungnya adalah para penggemar bola, tak heran di salah satu dindingnya dipasang syal bertuliskan Barcelona FC.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved