HUT Kemerdekaan RI

Pejuang Kemerdekaan 1945 Ini Dapat Penghargaan Pahlawan dari Soekarno, Begini Kisahnya

Pria yang akrab disapa Pak Tani ini, pernah ikut serta berjuang untuk mengusir kolonial Belanda. Bahkan, setelah kemerdekaan, ia pernah ikut berjuang

Tribun Medan/Ryan
Tan Tiong Siok ataupun Pak Tani, saat memegang penghargaan yang diberikan Presiden RI pertama, Soekarno. 

Laporan Wartawan Tribun Medan / Ryan Achdiral Juskal

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Usianya sudah 96 tahun, tapi tak membuat nasionalisme Tan Tiong Siok surut.

Kecintaannya terhadap tanah air, masih tampak menggelora. Apalagi, jika melihat bendera merah putih dan piagam penghargaan yang pernah diterimanya dari Presiden RI pertama, Soekarno, matanya pun berkaca-kaca.  Seakan mengingat saat-saat perang kemerdekaan.

Pria yang akrab disapa Pak Tani ini, pernah ikut serta berjuang untuk mengusir kolonial Belanda pada tahun 1945. Bahkan, setelah kemerdekaan, ia pernah ikut berjuang dalam agresi militer kedua tahun 1948.

Pak Tani pun mendampingi Kolonel Bezo, dalam mengomandoi kapal kecil yang berlayar di selat malaka. Selain angkat senjata, Pak Tani bertugas membawa amunisi serta makanan.

Baca: 17 Agustus, Sebanyak 544 Narapidana Dibebaskan

Baca: WOW Hebat! Siswi Asal Binjai Masuk Tim Delapan Pasukan Pengibar Bendera di Istana Negara

Sebelum mengakhiri kariernya di militer, surat tanda jasa pahlawan diberikan Soekarno padanya, yakni pada tahun 1958. Penghargaan ini diperoleh Pak Tani atas jasanya di dalam perjuangan gerilya membela kemerdekaan negara.

Selain itu, berbagai penghargaan kenegaraan pernah diraihnya atas dedikasi memvela negara, di antaranya dapat penghargaan dari Departemen Pertahanan, atas pengakuan pengesahan dan penganugerahan gelar kehormatan Nomor : Skep/573/M/X/1983.

Serta, pernah mendapat penghargaan dari Menteri Pertahanan RI, dan dianugerahi satyalantjana peristiwa aksi militer kedua, tahun 1958.

Walau kondisi kesehatannya tidak seperti dulu, pria yang berpangkat terakhir Sersan Veteran NPV 25602/F ini tetap semangat mendekati perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, ia selalu marah apabila anak dan cucunya lupa untuk memasang bendera merah putih di depan rumah.

"Setiap mendekati 17 Agustus begini, ia selalu tekankan harus pasang bendera. Ia pun selalu melihat upacara bendera di saat 17 Agustus. Semangat juangnya sangat tinggi. Beliau selalu berpesan, agar kami anak dan cucunya selalu cinta tanah air dan menjaga keutuhan NKRI," ujar anak Pak Tani, yang tidak mau disebut namanya saat ditemui Rabu (16/8/2017).

Usia Pak Tani sudah senja, bahkan kesehariannya dalam bernafas dibantu selang infus. Berbicara pun sudah tidak jelas. Walau, disaat dipancing berbicara kemerdekaan sontak ia semangat mencoba mengepalkan tangannya, matanya langsung menatap dan berkaca-kaca.

Sayang, Pak Tani tidak bisa diajak berbicara gamblang tentang pengalamannya dalam perang kemerdekaan. Beberapa bulan terakhir, Pak Tani sulit untuk berbicara, ia pun harus dirawat intensif di rumahnya yang terletak di Jalan Juanda Medan.

Selesai pensiun di militer pada tahun 1959, Pak Tani fokus dengan membuka usaha di bidang pangan dan transportasi laut. Ia pun menjadi tokoh etnis Tinghoa di Kota Medan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved