Kenaikan Harga BBM
Sopir Angkot Medan Sudah Naikkan Ongkos
Seorang penumpang angkutan kota trayek 135 tujuan Amplas-Universitas Sumatera Utara-Helvetia, Susetio mengatakan, kecewa kepada
Laporan Wartawan Tribun Medan / Jefri Susetio
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Seorang penumpang angkutan kota trayek 135 tujuan Amplas-Universitas Sumatera Utara-Helvetia, Susetio mengatakan, kecewa kepada para sopir angkutan kota telah menaikkan ongkos Rp 2000. Padahal pemerintah belum menetapkan besaran tarif. Bahkan sopir angkutan kota ini marah-marah ketika ditanya alasan kenaikan tarif itu.
"Ongkosnya sudah naik Rp 2000, padahal saya naik dari Simpang Johor menuju Pintu 1 Universitas Sumatera Utara (USU), seharusnya ongkosnya Rp 3000. Namun, sopir minta Rp 5000. Ketika ditanya alasan tarif yang begitu mahal, sopir hanya menyampaikan salahkan Jokowi, karena kami butuh makan," katanya saat ditemui di kawasan USU, Selasa (18/11/2014).
Dia mengemukakan Pemerintah Kota Medan seharusnya bertindak cepat dalam mengatasi permasalahan ini. Agar masyarakat tidak dirugikan dengan naiknya ongkos angkutan kota yang dilakukan oleh sopir. Apalagi kenaikan itu relatif tinggi.
Sedangkan, seorang penumpang angkutan kota 103, trayek, Simalingkar menuju Universitas Negeri Medan (Unimed) bernama Zainal mengatakan para sopir telah menaikkan ongkos angkutan Rp 2000 per/estafet. Padahal sebelumnya, dari Jalan Gajahmada menuju Unimed hanya sebesar Rp 3000
"Saya baru pulang kuliah di Unimed bang, biasanya tarif untuk mahasiswa Rp 3000. Tapi tadi sopir minta ongkos Rp 5000. Saya kaget karena ongkos tersebut teramat mahal. Apalagi, ongkos masyarakat umum dan pelajar seperti disamakan. Sehingga kami benar-benar kecewa tapi mau bagaimana lagi," ujarnya.
Dia berharap Presiden Jokowi membatalkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) karena menyebabkan masyarakat semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi mahasiswa kerap melakukan demonstrasi. Sehingga menyebabkan kemacetan walaupun aksi unjuk rasa itu demi memperjuangkan masyarakat miskin. Tapi apabila dilakukan terus menerus berpotensi kericuhan.
(tio/tribun-medan.com)