Berita Viral
POLEMIK Kereta Cepat Whoosh: Dulu Ngototnya Rini Soemarno untuk China, Kini Prabowo Panggil Jonan
KPK meminta pihak-pihak yang dipanggil untuk dimintai keterangan terkait penyelidikan dugaan korupsi Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Whoosh
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sejatinya ide lama. Jika menilik ke belakang, rencana pembangunan transportasi massal modern ini pertama kali mencuat pada 2014-2015, di penghujung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Saat itu, Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) sudah menunjukkan keseriusan dengan menyusun studi kelayakan. Bahkan, Negeri Sakura rela menggelontorkan dana sebesar 3,5 juta dollar AS sejak 2014 untuk membiayai kajian yang melibatkan Kementerian Perhubungan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT, kini BRIN).
SBY kala itu tak mau buru-buru memutuskan. Namun, memasuki era pemerintahan Presiden Joko Widodo, arah kebijakan berubah. Pemerintah membuka peluang bagi Jepang maupun China untuk menawarkan proposal pembangunan.
Syarat yang ditetapkan Indonesia kala itu tegas: proyek tidak boleh menggunakan dana APBN, dan pemerintah tidak akan memberi jaminan jika terjadi masalah di kemudian hari.
Tawaran Jepang dan Manuver Cepat China Melalui Menteri BUMN Rini Soemarno
Jepang mengajukan proposal investasi sebesar 6,2 miliar dollar AS, dengan pinjaman tenor 40 tahun dan bunga hanya 0,1 persen per tahun. Namun, di tengah jalan, China mengajukan tawaran baru dengan nilai investasi lebih rendah, yakni 5,5 miliar dollar AS, meskipun dengan bunga lebih tinggi, 2 persen.
Setelah melalui berbagai pertimbangan politik dan ekonomi, Indonesia akhirnya memilih China sebagai mitra. Alasan utama, proposal China dianggap lebih sesuai dengan syarat yang diajukan, yakni tanpa keterlibatan APBN maupun jaminan pemerintah.
Menteri BUMN periode 2014-2019, Rini Soemarno, kala itu menjelaskan bahwa proposal Jepang tidak bisa diterima karena Tokyo tetap menuntut adanya jaminan dari pemerintah.
“Pemerintah Jepang (proposalnya ditolak), karena tidak bisa mendapatkan jaminan pemerintah, tidak ada anggaran dari pemerintah, jadi otomatis proposal Jepang enggak diterima,” ujar Rini di DPR RI, dikutip dari Kompas.com pada 6 Oktober 2015.
Jepang masih berupaya melakukan revisi tawaran, China bergerak cepat. Rini bahkan lebih dulu menandatangani nota kesepahaman dengan Menteri Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi China, Xu Shaoshi, pada Maret 2016.
"Konsorsium BUMN sudah bernegosiasi dengan pihak Tiongkok karena proposal yang memenuhi kriteria tidak ada jaminan dan anggaran pemerintah," kata Rini Soemarno.
Rini berujar, sesuai dengan prinsip integritas yang ia pegang kuat, ia sangat menentang proyek KCJB menggunakan APBN.
Orang dekat Megawati Soekarnoputri ini juga menegaskan, tak ada jaminan apa pun dari pemerintah di proyek ini.
"Sejak awal kita sudah komit, sejak awal proyek ini tidak ada jaminan dari pemerintah, dan tidak ada pendanaan dari APBN. Dan itu kita komit. Saya sebagai Menteri BUMN keterlaluan kalau tidak bisa menjaga perusahaan BUMN tetap komit terhadap itu," tegas mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004) ini.
Presiden Joko Widodo berulang kali menegaskan bahwa proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini tidak akan membebani keuangan negara. “Kereta cepat tidak gunakan APBN. Kita serahkan BUMN untuk business to business (b to b),” kata Jokowi, sebagaimana dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, 15 September 2015.
Bahkan, Jokowi menekankan pemerintah tidak memberikan jaminan apa pun kepada proyek tersebut. Bila mangkrak, maka akan menjadi risiko bisnis investor sebagaimana pengalaman proyek monorail Jakarta.
Menurutnya, seluruh pembiayaan ditanggung konsorsium BUMN Indonesia bersama perusahaan China berdasarkan perhitungan bisnis. “Kita tidak ingin beri beban pada APBN. Jadi, sudah saya putuskan bahwa kereta cepat itu tidak gunakan APBN. Tidak ada penjaminan dari pemerintah,” ucap Jokowi.
Hitung-hitungan investasi proyek KCJB saat itu diperkirakan mencapai Rp 70 triliun hingga Rp 80 triliun. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut meyakini, secara ekonomi, pembangunan jalur sepanjang 150 kilometer itu sudah diperhitungkan dengan matang.
Keberatan Ignasius Jonan
Sikap kritis justru datang dari Menteri Perhubungan periode 2014-2016, Ignasius Jonan. Mantan Direktur Utama PT KAI ini beberapa kali menyampaikan keberatannya, terutama terkait konsesi dan trase proyek.
Seperti diberitakan Harian Kompas pada 1 Februari 2016, proses perizinan trase sempat tertahan lantaran Jonan enggan menerbitkan izin sebelum seluruh aturan dipenuhi.
"Saya kira publik tidak pernah memahami UU No 23/2007 tentang Perkeretaapian dan peraturan menteri yang mengikutinya. Kalau mereka tahu, mereka akan mengerti saya hanya menjalankan undang-undang," kata Jonan saat itu.
"Mereka sebagai pengusaha tentu akan minta kemudahan sebanyak-banyaknya. Kementerian BUMN tentu minta sebanyak-banyaknya, kita yang harus mengaturnya," tambahnya.
Jonan menegaskan dirinya tidak bermaksud menghambat pembangunan KCJB, tetapi ingin memastikan semua persyaratan dipenuhi terlebih dahulu. "Baca dong Perpres No 107/2015. Di situ tercantum Kemenhub harus menegakkan perundangan yang berlaku. Saya dukung kereta cepat agar cepat terbangun. Jika semua dokumennya siap, dalam waktu satu minggu, izin akan keluar. Pokoknya Kemenhub tidak akan mempersulit, tetapi juga tidak akan mempermudah," ungkapnya.
Saat itu, pembahasan antara PT KCIC dan Kementerian Perhubungan memang belum menemukan titik temu terkait konsesi.
"Menurut laporan, belum ada kesepakatan. Prinsipnya memang harus ada konsesi. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, kereta yang dibangun bukan oleh pemerintah harus melakukan perjanjian konsesi," ujar Jonan.
Menurutnya, masa konsesi diberikan maksimal 50 tahun sejak kontrak ditandatangani, bukan sejak operasi dimulai. "Kami tidak mau mengulang kejadian di jalan tol, yakni pemegang konsesi tidak segera membangun jalan tol dan konsesi berlaku sejak pertama kali beroperasi. Akhirnya pemerintah tersandera. Kalau minta 50 tahun dan bisa diperpanjang, tidak saya berikan," kata Jonan dikutip dari Kompas.com.
"Alasannya, konsesi ini gratis. Mereka tidak bayar sepeser pun. Konsesi di kereta berbeda dengan konsesi di laut dan udara. Kalau di laut, pemegang konsesi harus bayar 2,5 persen, sedangkan di kereta tidak ada fee konsesi," tegasnya.
Jonan juga menegaskan, pemerintah tidak memberikan jaminan terhadap proyek tersebut. Jika pembangunan terhenti di tengah jalan, negara tidak akan mengambil alih.
"Kalau proyek berhenti di jalan, izin akan dicabut dan mereka wajib mengembalikan kondisi alam yang telah mereka pakai ke kondisi semula. Supaya tidak seperti monorel di Jakarta. Kalau prinsip ini sudah disepakati, konsesi bisa diberikan," ucapnya.
Meski sempat terhambat akibat belum terbitnya izin trase, proyek KCJB akhirnya resmi dimulai setelah Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama pada 2016 di Perkebunan Walini, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Namun, menariknya, Jonan yang kala itu masih menjabat Menteri Perhubungan, tidak hadir dalam acara groundbreaking tersebut.
Rini Soemarno mendorong proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dengan menggandeng China, meski mendapat penolakan dari sejumlah pihak termasuk Ignasius Jonan.
Proyek ini kemudian mengalami pembengkakan biaya dan melibatkan dana APBN, bertentangan dengan janji awal.
(*/Tribun-medan.com)
Artikel ini telah tayang sebagian di Kompas.com dengan judul: Eks Dirut KAI Ignasius Jonan Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Polemik Kereta Cepat Whoosh?
Baca juga: UPDATE Dugaan Mark Up Proyek Kereta Cepat Whoosh, KPK Jajaki Pihak Terkait untuk Klarifikasi
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Polemik Kereta Cepat Whoosh
Rini Soemarno Ngotot untuk China
Rini Soemarno Bertanggung Jawab Atas Kereta Cepat
kereta cepat
| KRONOLOGI Alex Iskandar Ayah Tiri Bunuh Alvaro Akhiri Hidup, Permisi ke Toilet Alasan Sudah Ngompol |
|
|---|
| MOMEN Alex Iskandar Akhiri Hidup Setelah Akui Bunuh Anak Tirinya Alvaro, Akui Perbuatan ke Polisi |
|
|---|
| KELAKUAN NAF Setelah Bunuh Janda Tua Gegara Ditagih Utang, Posting di Kafe, Dikenal Suka Foya-Foya |
|
|---|
| POLISI Sita Pakaian AKBP Basuki dan Levi di Kos, Barang Bukti Ungkap Penyebab Kematian Dosen Untag |
|
|---|
| KASUS KEMATIAN Bocah RAF Diduga Dianiaya Ibu Tiri, Ayah Sebut Jatuh Kamar Mandi, Ibu Kandung Curiga |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/kereta-api-cepat-tribun-medancom_20160205_115843.jpg)