Berita Nasional

Pengakuan Eks Orang Dekat SBY, Sebut Jokowi Tak Mau Hadiri Forum Luar Negeri, Apalagi Sidang PBB

Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah menghadiri langsung Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

TRIBUNJATENG/WORO SETO
JOKOWI KESAL - Presiden ke-7 RI Jokowi menanggapi berbagai hal yang menyangkut dirinya di depan awak media, Kamis (31/7/2025). Rumor terbaru berkaitan temannya, Mulyono yang disebut calo tiket di Terminal Tirtonadi Surakarta. 

TRIBUN-MEDAN.com - Selama dua periode menjabat Presiden, Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah menghadiri langsung Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Jokowi pada masa pandemi Covid-19 pernah mengikuti Sidang Umum PBB tapi secara virtual.

Setelah satu dekade presiden RI absen, kali ini Presiden Prabowo Subianto hadir dalam Sidang Umum ke-80 PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9/2025).

Presiden Prabowo Subianto menghadiri langsung Sidang Umum PBB yang membahas perdamaian dunia dan isu-isu penting global lainnya.

Prabowo mendapat kesempatan nomor tiga berpidato setelah Presiden Basil Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Prabowo berpidato berapi-api menyuarakan Palestina merdeka dan perdamaian abadi di Gaza.

Lantas kenapa Jokowi tidak pernah hadir di Sidang Umum PBB?

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) di era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal mengungkap sikap Presiden ke-7 RI Jokowi soal politik luar negeri Indonesia.

Dino yang merupakan seorang diplomat berpengalaman menuturkan Jokowi bukanlah sosok yang tertarik dengan politik luar negeri.

Dino mengungkapkan hal itu sudah terlihat ketika Jokowi pertama kali menjabat sebagai Presiden RI pada tahun 2014 lalu.

Adapun contohnya ketika Jokowi disebutnya enggan untuk menghadiri forum G20 dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC.

Bahkan, kata Dino, Jokowi juga tidak tertarik akan pertemuan dengan negara anggota ASEAN.

Jokowi, sambung Dino, menyebut bahwa pertemuan semacam itu tidak menimbulkan dampak nyata bagi masyarakat.

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

"Saya ingat waktu beliau menjadi Presiden diminta untuk ke G20 dan KTT APEC, setelah beliau disumpah jadi Presiden, susah banget karena beliau tidak tertarik."

"Bahkan ASEAN pun, banyak cerita-cerita diplomat, beliau sempat bilang ini apa sih perkumpulan hanya ngomong-ngomong aja," kata Dino dalam perbincangan di YouTube Total Politik, Rabu (24/9/2025), dikutip  dari Tribunnews.com.

Keengganan Jokowi untuk hadir dalam pertemuan internasional semakin terlihat ketika dirinya juga enggan untuk mengikuti Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Jokowi memang tidak pernah menghadiri langsung Sidang Umum PBB selama dua periode menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Dia selalu memerintakan Menteri Luar Negeri (Menlu) ataupun Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), untuk menghadirinya.

Dinosempat memperoleh cerita ketika Jusuf Kalla bercerita ke Jokowi terkait padatnya rangkaian acara di PBB.

Menurut Dino, hal tersebut turut menjadi alasan Jokowi enggan untuk menghadiri Sidang Umum PBB.

"Pernah ada cerita, beliau nanya ke pak JK, Pak JK waktu itu sedang di New York 'pak saya hari ini 5-10 meeting, sibuk. Pak Jokowi lalu bilang 'ya karena itulah saya nggak mau ke sana'. Nah jadi interest-nya emang nggak ada," tuturnya.

Selanjutnya, mantan juru bicara SBY tersebut juga menyebut bahwa kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia saat konflik kedua negara tersebut terjadi hanya untuk pencitraan di dalam negeri.

Jokowi memang pernah pergi ke Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelenskyy pada 29 Juni 2022 lalu.

Dikutip dari laman Presiden RI, Jokowi menyebut bahwa kunjungan ke Ukraina adalah wujud kepedulian masyarakat Indonesia untuk Ukraina.

Sehari setelahnya, Jokowi sempat bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Moskow dan mengatakan siap menjembatani agar kedua negara berdamai.

"Kita lihat waktu konflik Rusia-Ukraina, beliau datang ke Ukraina dan Rusia dan saya dan kita semua kan senang, ya."

"Tetapi ternyata, dan mohon maaf sekali untuk para pendukung Jokowi, tapi ternyata ini lebih untuk konsumsi dalam negeri dan bukan untuk menyelesaikan konflik. Kalau kita benar-benar mau bantu, ya bantu," ujar Dino.

Dino lantas membandingkan kepemimpinan Jokowi dan SBY di mana mantan atasannya itu memiliki keseimbangan dalam mengurusi urusan dalam negeri dan luar negeri.

"Ini Pak SBY, dalam negeri bagus secara politik, ekonomi, demokrasi, reformasi, tetapi (urusan) luar negeri aktif dan berdampak," tuturnya.

Dia pun berharap agar Presiden Prabowo Subianto mencontoh cara kepemimpinan SBY di masa lalu.

"Dan saya kira dari sekarang, Pak Prabowo harus bisa berpikir bagaimana saya jadi Presiden di dalam negeri secara politik dan ekonomi sukses tapi juga luar negeri, kita bisa berdampak. Itu susah sekali," pungkasnya.

Profil Dino Patti Djalal

Sosok Dino Patti Djalal pun jadi sorotan setelah membongkar sifat Jokowi yang tidak mau menghadiri pertemuan-pertemuan di forum regional hingga internasional.

Dino Patti Djalal lahir 10 September 1965 di 10 September 1965 Beograd, Yugoslavia.

Ia pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia dari 14 Juli 2014 hingga 20 Oktober 2014 menggantikan Wardana yang mengemban tugas baru sebagai Duta Besar Indonesia untuk Turki.

Dino pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dilantik pada 10 Agustus 2010  oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian ia mengundurkan diri pada September 2013 untuk mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat 2013.

Dino lahir dari pasangan Hasjim Djalal (ayah) dan Jurni (ibu).

Orang tuanya berasal dari Ampek Angkek, Agam, Sumatera Barat.

Ayahnya, Hasyim Djalal, juga merupakan seorang diplomat Indonesia ternama.

Kariernya dimulai pada 1987 ketika masuk Departemen Luar Negeri.

Berbagai penugasan penting pernah diemban, antara lain sebagai Jubir Satgas P3TT (Pelaksana Penentuan Pendapat di Timor Timur), Kepala Departemen Politik KBRI Washington dan Direktur Amerika Utara dan Tengah Departemen Luar Negeri.

Ia sempat menjabat sebagai Direktur Urusan Amerika Utara dan Amerika Tengah di Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, sebelum akhirnya bersama Andi Mallarangeng kemudian ditunjuk sebagai juru bicara Presiden ketika Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden Indonesia.

Pendidikannya bermula dari SD dan SMP Al Azhar, kemudian dia melanjutkan pendidikan ke McLean High School, Amerika Serikat, kemudian pendidikan S-1 ke Universitas Carleton.

Gelar M.A. diraihnya dari Universitas Simon Fraser di Kanada hingga kemudian meraih gelar doktor (PhD) bidang hubungan internasional di London School of Economics and Political Science.

Istrinya, Rosa Raj Djalal, saat ini berprofesi sebagai dokter gigi.

Dari hasil pernikahannya dengan Rosa, Dino dikaruniai tiga orang anak dengan nama Alexa, Keanu, dan Chloe.

Saudara laki-lakinya, Iwan Djalal, saat ini bekerja sebagai eksekutif perusahaan swasta.

Sedangkan saudara perempuannya, Dini Djalal, bekerja sebagai wartawan di Amerika Serikat.

Biodata

  • Nama lengkap: Dino Patti Djalal PhD
  • TTL: Beograd, Yugoslavia, 
    10 September 1965
  • Kebangsaan: Indonesia
  • Pekerjaan: Diplomat
  • Istri: Rosa Raj Djalal
  • Anak: 3
  • Ayah: Hasjim Djalal

Riwayat Pendidikan:

  • SD Al Azhar
  • SMP Al Azhar
  • McLean High School, Amerika Serikat
  • Sarjana (S-1) Ilmu Politik dari Carleton University, Kanada. 
  • Magister (S-2) Ilmu Politik dari Simon Fraser University, Kanada. 
  • Doktor (S-3) Hubungan Internasional dari London School of Economics and Political Science, Inggris. 

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved