Berita Viral

MISTERI Kematian Iko Juliant Mahasiswa Unnes, Anggota Tim Advokasi Dibuntuti 6 Orang Tak Dikenal

Kematian Iko Juliant Junior (19) mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes), masih menyisakan tanda tanya besar.

Editor: Juang Naibaho
Istimewa
MAHASISWA TEWAS - Seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) Jawa Tengah angkatan 2024 bernama Iko Juliant Junior tewas penuh luka lebam. 

TRIBUN-MEDAN.com - Kematian Iko Juliant Junior (19) mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes), masih menyisakan tanda tanya besar.

Pihak keluarga dan kuasa hukumnya dari Pusat Bantuan Hukum (PBH) Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Hukum (FH) Unnes Semarang, mencurigai Iko Julian meninggal karena kekerasan.

Sebelum mengembuskan napas terakhir, Iko sempat mengigau tiga kali, “Ampun, Pak, tolong, Pak, jangan pukuli saya lagi.”

Hal itu disampaikan oleh ibu korban yang menemani di rumah sakit. Ucapan terakhir itu kini menjadi salah satu titik kejanggalan yang menimbulkan berbagai spekulasi.

Adapun Polda Jawa Tengah (Jateng) mengklaim Iko meninggal karena kecelakaan. Iko yang dalam kondisi kritis diantar ke rumah sakit oleh personel Brimob.

Baca juga: Mahasiswa Unnes Meninggal, 3 Kali Mengigau Ampun Pak, Jangan Pukul Lagi, Diantar Brimob ke RS

Kini, tim kuasa hukum keluarga Iko mengungkap adanya dugaan intimidasi atau teror dalam upaya mengungkap kematian Iko. 

Seorang anggota tim advokasi dibuntuti enam orang tak dikenal.

"Iya, satu anggota kami hari ini dibuntuti enam orang tak dikenal di Semarang (Gunungpati). Namun, kami belum bisa memastikan siapa orang itu, premankah atau pihak lainnya," jelas Ketua PBH IKA FH Unnes Semarang, Ady Putra Cesario, Kamis (4/9/2025).

Selepas adanya kejadian itu, Cesar kini mewanti-wanti kepada tim advokasi dari PBH IKA FH Unnes agar tetap berhati-hati.

"Jangan keluar sendiri terutama saat malam hari karena pasti banyak orang yang ingin mengambil kesempatan dalam situasi seperti ini ya," katanya.

Tak hanya tim kuasa hukum, rumah keluarga Iko kini setiap harinya didatangi oleh puluhan orang asing yang beralasan hendak melayat. 

Caesar menyebut, keluarga akhirnya memilih untuk tidak menerima tamu sama sekali dengan alasan privasi dan keamanan.

"Keluarga meminta waktu untuk pemulihan psikologis karena masih ada trauma. Ketika ada tamu seperti itu dan dia enggak kenal otomatis ada rasa takut," ucapnya.

Mengingat kondisi keluarga Iko dan tim advokasi yang sudah mulai diganggu oleh orang tak dikenal, pihak alumni kini mulai menghubungi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Ombudsman.

LPSK dihubungi untuk memberikan perlindungan terhadap keluarga korban.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved