Berita Viral

EKS Marinir TNI AL Jadi Tentara Bayaran Rusia Kini Terluka Parah, Rusia: Tanggung Jawab Pribadi

Eks Marinir TNI AL Jadi Tentara Bayaran Rusia, Kini Terluka Parah dan Ingin Pulang, Rusia Menegaskan Tidak Bertanggung Jawab Atas Satria Arta Kumbara.

|
Editor: AbdiTumanggor
Kolase Istimewa/Tangkapan Layar Tiktok Ruslan Buton
SATRIA KUMBARA TERLUKA: Pemerintah Rusia menyatakan tak bertanggung jawab soal eks Marinir TNI AL Satria Arta Kumbara yang memutuskan jadi tentara bayaran di sana. Kini, Satria Arta Kumbara yang jadi tentara bayaran di Rusia dikabarkan luka parah akibat dihantam drone dan mortir Ukraina. (Kolase Istimewa/Tangkapan Layar Tiktok Ruslan Buton) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Satria Arta Kumbara, mantan marinir TNI AL, baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah keputusannya bergabung sebagai tentara bayaran di Rusia. Keputusan yang diambil atas dasar ekonomi itu kini berujung pada luka parah dan keinginan untuk kembali ke tanah air.

Satria memutuskan bergabung dengan militer Rusia untuk berperang melawan Ukraina.

Namun, langkah tersebut diambil tanpa izin dari Presiden Republik Indonesia, sehingga status kewarganegaraannya dicabut berdasarkan Pasal 23 UU Nomor 12 Tahun 2006.

Sementara, Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menegaskan bahwa pemerintah Rusia tidak bertanggung jawab atas keputusan Satria.

"Jika (Satria) Kumbara melanggar undang-undang Indonesia, hal itu adalah tanggung jawabnya sendiri," ujar Tolchenov.

Tolchenov juga menyatakan bahwa Kedutaan Besar Rusia di Jakarta tidak pernah melakukan rekrutmen personel Angkatan Bersenjata Rusia.

Meski begitu, ia mengakui bahwa orang asing bisa bergabung secara sukarela dengan militer Rusia melalui kontrak.

Luka Parah di Medan Perang

Kabar terbaru menyebutkan bahwa Satria mengalami luka serius akibat serangan drone dan mortir Ukraina.

Dalam video yang dikirimkan kepada Ruslan Buton, mantan TNI yang kini aktif di media sosial, terlihat kepala Satria dibalut perban dengan darah mengalir di pipi dan bibirnya.

Dengan suara lemah, Satria mengucapkan selamat Dirgahayu Republik Indonesia dan berharap rakyat semakin sejahtera.

"Sekali merdeka tetap merdeka," ucapnya dalam video tersebut.

Satria mengaku sedang dalam proses evakuasi dan harus berjalan 10 kilometer menuju titik aman.

Komunikasi terakhir dengan Ruslan Buton terjadi pada 20 Agustus 2025 pukul 15.58 WIB, setelah itu tidak ada lagi balasan dari Satria.

Ruslan Buton menyampaikan bahwa Satria mengalami cedera serius di kepala akibat percikan peluru dan serangan mortir bertubi-tubi.

Ia juga meminta doa dari seluruh rakyat Indonesia agar bisa selamat dari kondisi tersebut.

Harapan untuk Pulang ke Indonesia

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved