Dorong Digitalisasi Aksara Nusantara, PANDI Gelar Lomba Website Aksara Batak

Menurutnya, kehadiran berbagai pihak tersebut menjadi bukti nyata bahwa pelestarian aksara Batak mendapat dukungan lintas sektor.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Eti Wahyuni
TRIBUN MEDAN/HUSNA
AKSARA BATAK- Ketua PANDI John Sihar Simanjuntak (kanan) meninjau hasil karya peserta Lomba Website Aksara Batak yang dipamerkan di Aula FISIP USU, Rabu (27/8/2025). Ajang ini digelar PANDI sebagai langkah awal digitalisasi aksara Batak melalui pemanfaatan teknologi internet. 

TRIBUN–MEDAN.com, MEDAN - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menggelar selebrasi pemenang lomba pembuatan website beraksara Batak di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatra Utara (USU), Rabu (27/8/2025).

Kegiatan ini sekaligus menjadi langkah awal upaya PANDI mendorong digitalisasi aksara nusantara, khususnya aksara Batak, agar bisa lebih dikenal dan digunakan secara global di dunia digital.

Selebrasi ini turut dihadiri sejumlah tokoh daerah dan perwakilan pemerintah, di antaranya Wakil Bupati Tapanuli Utara Deni P Lumbantoruan, perwakilan Bupati Dairi Oloan Hasugian (Ass Adm Umum Kabupaten Dairi), Direktur Digitalisasi dan Integrasi Sistem USU Emerson Pascawira Sinulingga, Gubernur Sumut yang diwakili Kepala Perpustakaan Sumut Desni Maharani Saragih, Wali Kota Medan yang diwakili Kadiskominfo Medan Arrahmaan Pane, serta Kasubag TU Balai Bahasa Sumut Kristanto.

Ketua PANDI, John Sihar Simanjuntak, mengaku cukup terkejut melihat antusiasme peserta lomba sekaligus dukungan pemerintah daerah yang hadir dalam acara ini.

Baca juga: Aksara Batak, Pancasila, dan Geopark: Menjaga Budaya, Menyelamatkan Kaldera Toba

Menurutnya, kehadiran berbagai pihak tersebut menjadi bukti nyata bahwa pelestarian aksara Batak mendapat dukungan lintas sektor.

“Digitalisasi aksara Batak tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak. Kami membutuhkan dukungan penuh dari kepala daerah, agar aksara nusantara, khususnya Batak, dapat terus hidup, berkembang, dan digunakan dalam dunia digital,” ujarnya.

John menjelaskan, perjuangan membawa aksara nusantara masuk ke ranah digital global tidaklah singkat.

PANDI harus berkoordinasi hingga ke level internasional dengan Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) dan juga Unicode Consortium.

Saat ini, status aksara Batak di Unicode masih limited, sama seperti aksara Bali sebelum naik menjadi recommended.

“Untuk bisa naik status, kita harus menunjukkan bukti bahwa aksara Batak benar-benar digunakan masyarakat. Karena itu, lomba website ini penting sebagai evidence di mata lembaga dunia,” tambahnya.

Direktur Digitalisasi dan Integrasi Sistem Universitas Sumatra Utara (USU), Emerson Pascawira Sinulingga, menilai kegiatan ini bukan hanya kompetisi kreatif, tetapi juga wujud nyata pelestarian budaya di era teknologi.

“Tidak hanya menampilkan kreativitas dalam ranah digital, tetapi juga bentuk pelestarian budaya dalam ranah teknologi. Arus digitalisasi seringkali menjadi tantangan besar agar budaya yang kita punya tidak pudar. Namun melalui kegiatan ini kita melihat bahwa ada ruang baru untuk melestarikan budaya,” ungkap Emerson.

Ia menambahkan, digitalisasi memungkinkan aksara Batak lebih mudah dipahami oleh generasi muda. Menurutnya, pelestarian budaya tidak lagi sekadar disimpan di ruang arsip, melainkan bisa dikembangkan dalam bentuk inovasi digital.

 “Kita membuktikan bahwa pelestarian budaya kini tidak hanya jadi menu di ruang arsip. Dengan digitalisasi bisa lebih mudah dimengerti oleh generasi muda. Universitas tidak hanya menjadi tempat pusat riset, tetapi juga rumah bagi pemelihara dan pengembangan budaya,” ujarnya.

Lomba website aksara Batak yang digelar PANDI berhasil menarik 258 peserta. Setelah melalui proses kurasi, sebanyak 51 karya memenuhi kriteria, dan akhirnya ditetapkan lima pemenang.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved