Berita Viral

PERANG Thailand-Kamboja Memakan Korban Tewas 35 Orang dan 200 Terluka, Ratusan Ribu Warga Mengungsi

Pertemuan untuk gencatan senjata Thailand dan Kamboja digelar di kediaman Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Senin (28/7/2025).

Editor: AbdiTumanggor
Al Jazeera/Angkatan Darat Thailand/Tangkap layar YouTube The Guardian via Tribunnews.com
KONFLIK THAILAND KAMBOJA - Asap mengepul di atas SPBU di Ban Phue, Thailand, Kamis, 24 Juli 2025, setelah Kamboja melancarkan serangan. Tangkapan layar menunjukkan sebuah supermarket di sebuah pom bensin di Ban Phue, distrik Kanthararak, Provinsi Udon Thani, Thailand terkena roket BM-21 milik Kamboja. 

TRIBUN-MEDAN.COM – Pertemuan untuk gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja digelar di kediaman Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim, pada Senin (28/7/2025).

Seorang pejabat Malaysia mengatakan, pembicaraan tersebut turut dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat dan China untuk Malaysia. 

Keduanya ikut dalam upaya internasional meredakan ketegangan yang telah memasuki hari kelima sejak bentrokan bersenjata atau perang Thailand-Kamboja pertama meletus pada Kamis (24/7/2025). 

Konflik ini merupakan yang paling mematikan antara Thailand dan Kamboja dalam lebih dari satu dekade.

Kedua negara saling menuduh pihak lain sebagai pemicu pertempuran yang pecah pekan lalu, dan kemudian meluas menjadi serangan artileri di sejumlah titik sepanjang perbatasan sepanjang 817 kilometer.

Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengonfirmasi, perundingan tersebut diprakarsai oleh Malaysia dan Amerika Serikat, serta akan melibatkan partisipasi China.

“Tujuan pertemuan ini adalah untuk mencapai gencatan senjata segera, yang diprakarsai oleh Presiden Donald Trump dan disetujui oleh Perdana Menteri Kamboja dan Thailand,” tulis Hun Manet dalam unggahannya di platform X sebelum bertolak ke Putrajaya, Malaysia.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan keyakinannya, kedua negara ingin menyelesaikan konflik, setelah ia menegaskan tidak akan membuka peluang kerja sama dagang jika pertempuran tidak dihentikan.

Namun, dari pihak Thailand, masih ada keraguan terhadap sikap Kamboja.

Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menilai belum terlihat itikad baik dari Kamboja untuk menyelesaikan konflik.

“Kami tidak yakin dengan Kamboja. Tindakan mereka sejauh ini mencerminkan ketidaktulusan dalam menyelesaikan masalah,” ujar Phumtham kepada awak media sebelum berangkat ke Malaysia, dikutip dari Reuters.

“Kamboja telah melanggar hukum internasional. Tapi semua orang ingin melihat perdamaian. Tidak ada yang menginginkan kekerasan yang berdampak pada warga sipil,”lanjutnya.

Kamboja membantah keras tuduhan bahwa mereka menyerang warga sipil.

Sebaliknya, mereka menuduh Thailand yang membahayakan keselamatan masyarakat sipil.

Kamboja juga telah menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengecam tindakan militer Thailand.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved