Konflik Palestina Israel
Terungkap Alasan Donald Trump Dukung Hamas, Kini Presiden AS Larang Israel Serang Gaza
Trump menyatakan bahwa konflik di Gaza akan berhenti sepenuhnya selama masa gencatan senjata 60 hari antara Hamas dan Israel.
TRIBUN-MEDAN.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pertama kalinya menyatakan dukungannya terhadap Hamas dalam konflik yang berlangsung antara kelompok tersebut dan Israel di Jalur Gaza.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih yang berlangsung dari Senin hingga Selasa (7-8/7/2025), Trump menyampaikan jaminan kepada Hamas bahwa dirinya akan melindungi mereka.
Trump menyatakan bahwa konflik di Gaza akan berhenti sepenuhnya selama masa gencatan senjata 60 hari antara Hamas dan Israel.
Lebih lanjut, Trump menegaskan bahwa pertempuran tidak akan dilanjutkan bahkan setelah masa gencatan berakhir.
Mengutip laporan dari Sky News, pengusaha Palestina Bishara Bahbah, yang pernah menjadi mediator dalam proses pembebasan Edan Alexander, mengungkapkan adanya komitmen Trump terhadap Hamas.
Di sisi lain, delegasi dari Qatar turut hadir di Gedung Putih menjelang pertemuan antara Trump dan Netanyahu pada hari Selasa.
Delegasi tersebut mengadakan diskusi dengan pejabat tinggi Gedung Putih guna membicarakan gencatan senjata selama 60 hari antara kedua pihak yang bertikai.
Utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff, menyebut bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati tiga dari empat isu krusial yang tersisa selama proses "pembicaraan jarak dekat" di Doha.
“Semoga saja kita bisa mencapai kesepakatan di akhir minggu ini,” kata Witkoff, dikutip dari Axios.
Netanyahu turut menyampaikan pada wartawan usai bertemu Ketua DPR Mike Johnson, bahwa dirinya ingin berbicara dengan Trump terkait situasi di Gaza.
“Kita membutuhkan kedua belah pihak untuk sepakat,” ujarnya.
“Saya harap kita akan mencapai garis akhir. Semakin sedikit saya membicarakan hal ini di depan umum, semakin baik,” lanjutnya.
IDF Diminta Mundur dari Gaza
Satu kendala utama dalam proses perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas adalah keberadaan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di wilayah Gaza.
Menurut dua sumber yang memiliki akses langsung terhadap proses negosiasi, terdapat perbedaan tajam antara posisi Hamas dan Israel mengenai keberlanjutan kehadiran militer Israel di daerah tersebut.
Isu ini berkaitan dengan pilihan strategis Israel—antara menghentikan perang dengan konsekuensi tetap eksisnya Hamas di Gaza, atau terus menduduki wilayah tersebut secara militer tanpa batas waktu.
Meski demikian, beberapa perbedaan besar di isu lain seperti mekanisme distribusi bantuan kemanusiaan dan tuntutan Hamas kepada Amerika agar menjamin Israel tidak melanjutkan agresi setelah masa gencatan 60 hari telah diredakan.
Dalam hal distribusi bantuan, Sky News menyebutkan bahwa wilayah yang ditinggalkan IDF nantinya akan dikelola oleh pihak ketiga yang netral, bukan di bawah kendali Hamas maupun Israel.
Dengan demikian, Lembaga Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—yang kontroversial karena dijalankan bersama oleh entitas AS dan Israel—tidak akan beroperasi di zona yang tak lagi berada di bawah kontrol IDF. Hal ini akan membatasi ekspansi GHF.
“Semua Harus Dibunuh jika Lewati Garis,” demikian pernyataan salah satu tentara Israel seperti dikutip dari laporan lain tentang situasi Gaza yang disebut telah berubah menjadi seperti Wild West.
Diperkirakan bahwa peran lebih besar akan diambil alih oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau lembaga kemanusiaan resmi lainnya.
Namun demikian, satu titik persoalan krusial yang masih menjadi penghalang terbesar tetap belum terselesaikan.
Salah satu tujuan utama Israel dalam perang ini, selain pembebasan para sandera, adalah pembubaran total Hamas sebagai kekuatan politik maupun militer.
Jika IDF menarik pasukannya, baik secara sebagian atau penuh, ada kemungkinan Hamas akan kembali menguat.
Salah satu cara untuk menyeimbangkan situasi adalah dengan memberikan jaminan yang lebih konkret terhadap masa depan warga Palestina yang lebih layak.
Sayangnya, belum terlihat adanya komitmen jangka panjang dalam perundingan yang mengarah ke penyelesaian isu tersebut.
Dua masalah penting memang telah dicapai dalam 24 jam terakhir, tetapi hambatan terakhir diyakini menjadi yang paling sulit untuk dipecahkan.
(*/ Tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Tribun-medan.com
Donald Trump
Hamas
Gaza
Israel
Palestina
Konflik Palestina Israel
Presiden AS Larang Israel Serang Gaza
Alasan Donald Trump Dukung Hamas
| Dibocorkan Donald Trump, Hamas dan Israel Akan Gencatan Senjata di Gaza, Saling Bebaskan Tawanan |
|
|---|
| Gedung Pencakar Langit Gaza Diroket Israel, Anak-anak Menangis Ibu Bingung Menggendong Siapa |
|
|---|
| 7 Daftar Tentara Israel Tewas di Gaza, Terpanggang Usai Hamas Masukkan Bom ke Dalam Tank |
|
|---|
| Israel Kebakaran Hanguskan 5 Ribu Hektare Lahan, Netanyahu Salahkan Warga Palestina |
|
|---|
| Nasib Gaza Kini Bukan Lagi Zona Aman Kemanusiaan Setelah Israel Ledakkan Bom 23 Kali |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/donald-trump-akan-ajukan-gugatan-ke-mahkamah-agung-karena-merasa-dicurangi-di-pilpres-as.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.