Fenomena Alam

Fenomena Aphelion Itu Apa, Hoaks atau Fakta? Simak Penjelasan BMKG

Aphelion adalah peristiwa astronomi tahunan ketika posisi Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam lintasan orbitnya yang berbentuk elips.

Editor: Array A Argus
Shutterstock
PLANET- Ilustrasi gambaran planet yang ada di sekitaran matahari. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Warganet beberapa hari belakangan ramai membahas tentang adanya fenomena Aphelion.

Ada beragam informasi seputar fenomena Aphelion ini.

Beberapa pihak menyebut, bahwa fenomena alam ini bisa berdampak pada perubahan suhu udara yang cukup signifikan.

Di Twitter atau X, sejumlah netizen menyebut bahwa fenomena Aphelion akan mengubah udara menjadi sangat dingin.

Dampaknya, masyarakat akan lebih mudah terserang penyakit.

Penyakit yang umum melanda manusia adalah flu dan meriang.

fenomena Aphelion 1
FENOMENA APHELION- Fenomena Aphelion, peristiwa astronomi tahunan ketika posisi Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam lintasan orbitnya yang berbentuk elips.

Baca juga: Apa Itu Badai Tropis Danas yang Kabarnya akan Melanda Kawasan Taiwan

Bahkan, ada pula yang mengklaim bahwa fenomena Aphelion ini akan menyebabkan manusia mengalami sesak napas.

Karena adanya informasi yang simpang siur itu, warganet pun merasa resah.

Apalagi informasi yang beredar 'dibumbui' dengan beberapa foto.

Sehingga, netizen merasa penasaran terhadap fenomena Aphelion ini.

Lalu, apa sih fenomena Aphelion ini?

Benarkah fenomena alam ini bisa mengubah cuaca menjadi sangat dingin?

Baca juga: Apa Itu BRICS? Bagaimana Indonesia Bisa Bergabung di Dalamnya dan Apa Manfaatnya Bagi NKRI

Atau jangan-jangan, fenomena alam ini bisa membawa penyakit seperti yang diklaim warganet.

Untuk menjawab pertanyaan itu, mari simak ulasan ini hingga tuntas.

Fenomena Aphelion

 adalah peristiwa astronomi tahunan ketika posisi Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam lintasan orbitnya yang berbentuk elips.

Ini biasanya terjadi setiap awal Juli.

Pada saat aphelion, jarak Bumi ke Matahari sekitar 152 juta kilometer, sedangkan rata-rata jarak Bumi ke Matahari adalah sekitar 150 juta kilometer.

Baca juga: Mengenal Festival Tabuik Pariaman yang Ternyata Mengingatkan Kita pada Tragedi Karbala

fenomena Aphelion 2
FENOMENA APHELION- Ilustrasi fenomena Aphelion, peristiwa astronomi tahunan ketika posisi Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam lintasan orbitnya yang berbentuk elips.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Guswanto menjelaskan fenomena Aphelion terjadi ketika Bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari, yang biasanya berlangsung pada bulan Juli setiap tahun. 

Pada tahun 2025, kata Guswanto, fenomena Aphelion sudah terjadi, yakni pada tanggal 5 Juli lalu.

"Aphelion adalah titik dalam orbit Bumi di mana planet kita berada paling jauh dari Matahari. Jarak antara Bumi dan Matahari saat Aphelion adalah sekitar 152 juta kilometer, yang merupakan jarak terjauh dalam orbit elips Bumi mengelilingi Matahari," terang Guswanto, Senin (7/7/2025) dikutip dari Kompas.com.

Sebagai fenomena tahunan, Guswanto menegaskan bahwa fenomena Aphelion hanya berdampak pada penurunan suhu di Bumi saja.

Baca juga: Mengenal Pistol Beretta Seperti Milik Kadis PUPR Topan Ginting, Harganya Bisa Puluhan Juta

Ia juga menegaskan bahwa fenomena Aphelion tidak memengaruhi kondisi cuaca dan iklim.

"Memang dampaknya hanya berpengaruh ke suhu yang lebih dingin, namun tidak sampai ke musim ataupun cuaca," jelasnya.

Ia menambahkan, fenomena Aphelion terjadi setiap tahun sekitar awal bulan Juli dan berlangsung sesaat ketika Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbitnya.

"Jadi, Aphelion bukanlah fenomena yang berlangsung lama, melainkan lebih seperti momen singkat dalam perjalanan Bumi mengelilingi Matahari," terang Guswanto.

Baca juga: Mengenal Robot Polisi yang Lagi Viral, Harga Hingga Fungsinya

Apakah fenomena Aphelion berdampak pada cuaca dingin?

Guswanto juga meluruskan informasi yang beredar di media sosial terkait fenomena Aphelion yang disebut berdampak pada gangguan kesehatan.

Ia menegaskan, fenomena Aphelion tidak memiliki dampak signifikan pada cuaca dan iklim di Bumi

Perubahan musim dan suhu lebih dipengaruhi oleh kemiringan sumbu Bumi daripada jaraknya dari Matahari. 

Baca juga: Apa Itu Gula Rafinasi yang Dimakan Tom Lembong di Persidangan, Simak Penjelasannya

"Oleh karena itu, tidak ada hubungan langsung antara Aphelion dan gangguan kesehatan seperti flu, batuk, atau sesak napas," tegasnya.

Para ahli pun juga telah menjelaskan bahwa Aphelion tidak memiliki dampak signifikan pada cuaca dan iklim, sehingga tidak ada alasan untuk mengkhawatirkan dampaknya pada kesehatan.

Suhu dingin bukan karena Aphelion

Guswanto juga menjelaskan, suhu udara dingin yang dirasakan di sejumlah wilayah Indonesia pada bulan Juli bukan disebabkan oleh fenomena Aphelion.

"Suhu dingin yang terjadi merupakan hal wajar saat puncak musim kemarau, terutama antara Juli hingga September," jelas Guswanto.

Pada periode ini, lanjutnya, angin timur-tenggara dari Benua Australia bertiup ke wilayah Indonesia. 

Baca juga: Apa Itu Bom Mortir? Simak Kegunaan dan Jenisnya yang Mesti Anda Ketahui

Karena Australia sedang mengalami musim dingin dan memiliki tekanan udara tinggi, angin membawa udara dingin melintasi Samudra Indonesia yang suhunya juga relatif rendah. 

"Hal ini membuat wilayah selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara ikut mengalami penurunan suhu, jadi bukan karena fenomena Aphelion," tandasnya.

Selain itu, langit yang cerah dan minim awan membuat panas Bumi yang dipancarkan pada malam hari tidak tertahan di atmosfer. 

Akibatnya, udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama saat malam hingga pagi hari. 

"Kondisi ini juga membuat beberapa wilayah dataran tinggi, seperti Dieng, berpotensi mengalami embun es atau embun upas, fenomena yang sering disalahartikan sebagai salju," jelas Guswanto.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved